Oleh: Ayman Rashdan Wong
Sambil mengikuti perkembangan armada Global Sumud Flotilla, sembari mengenang sejarah umat Islam di Laut Mediterania pada zaman dahulu.
Laut Mediterania, jalur utama armada Global Sumud Flotilla ini, terletak di tengah tiga benua: Eropa, Afrika, dan Asia. Itulah sebabnya disebut “Medi” (tengah/antara) dan “terra” (benua).
Bangsa Arab biasa menyebutnya Bahr al-Rum, yang berarti “Laut Roma”, karena Kekaisaran Romawi dari Italia pernah menguasai seluruh pesisir laut ini.
Namun setelah jatuhnya Romawi, giliran umat Islam yang muncul sebagai Raja Mediterania.
Umat Islam tidak hanya menguasai Andalusia (sebagian besar wilayah Spanyol dan Portugal saat ini), tetapi mereka juga menguasai semua pulau strategis di Laut Mediterania: Kepulauan Balearic, Sisilia, Kreta, dan Siprus.

Ketika mereka menguasai pulau-pulau ini, artinya umat Islam menguasai jalur laut antara Timur dan Barat.
Jika ingin mendapatkan komoditas dari India maupun China, orang Eropa harus mendapatkannya dari para pedagang Muslim.
Hal ini menjadikan umat Islam bukan hanya kekuatan militer, tetapi juga kekuatan ekonomi.
Namun situasi itu tidak bertahan lama. Setelah beberapa ratus tahun, satu demi satu pulau jatuh kembali ke tangan Eropa/Kristen.
Andalusia bertahan hingga tahun 1492, sebelum akhirnya jatuh. Sejak saat itu, jejak Islam hampir lenyap dari muka bumi.
Yang tersisa hanyalah bangunan-bangunan indah seperti Alhambra dan Mezquita.

Mengapa Andalusia jatuh? Bukan karena Freemason atau Illuminati. Mereka bahkan belum ada pada masa itu.
Alasan utamanya: dunia Islam tidak lagi memiliki kekuatan pusat yang kuat.
Mulai tahun 945, khalifah Abbasiyah di Baghdad menjadi penguasa boneka tanpa kekuasaan.
Pemerintah daerah tidak lagi mendengarkan khalifah, masing-masing menjalankan urusannya sendiri. Akhirnya, terjadi persaingan dan konflik di antara mereka sendiri.
Ketika umat Islam ribut sesamanya, orang-orang Kristen Eropa memanfaatkan kesempatan itu untuk merebut satu per satu.
Syam (Suriah) hampir menjadi korban juga, jika bukan karena kebangkitan Salahuddin al-Ayyubi.
Salahuddin adalah seorang sultan, bukan seorang khalifah. Namun, ia mengambil inisiatif melawan Tentara Salib (meskipun ia tetap menghormati sang khalifah).
Sayangnya, Andalusia dan pulau-pulau Mediterania lainnya tidak seberuntung itu, hilang dari umat Islam selamanya.
Kesultanan Utsmaniyah mencoba merebut kembali kendali Laut Mediterania, tetapi tidak berhasil. Meskipun mereka berhasil merebut kembali Kreta dan Siprus, dominasi Eropa Kristen terlalu kuat.
Akhirnya, Kreta jatuh ke tangan Yunani. Siprus jatuh ke tangan Inggris. Setelah Inggris mundur, Turki hanya mengambil alih bagian utara.
Apa pelajaran dari sejarah ini?
Pertama, tanah milik Muslim tidak dapat dianggap akan tetap menjadi milik Muslim selamanya. Tanah itu dapat direbut kembali ketika musuh melihat peluang.
Kedua, hilangnya kekuasaan pusat dan perpecahan adalah dua penyebab utama runtuhnya sebuah peradaban. Bukan karena alasan lain. Semua bangsa/peradaban itu sama.
Ketika terpecah belah, orang-orang tidak melihat dampaknya. Semua orang senang berebut kekuasaan. Namun jika mereka salah langkah, konsekuensinya akan ditanggung oleh generasi berikutnya.
Kesalahan itulah yang menyebabkan Islam kehilangan Laut Mediterania.
Saya akan membahas sejarah ini lebih lanjut dalam buku baru saya. Sementara itu, Anda bisa mendapatkan ADIKUASA, yang menceritakan kisah kebangkitan dan kejatuhan kekuatan-kekuatan besar dalam sejarah dunia.
(fb)






Komentar