INILAH KALAU PEMILIHAN KETUA PAKAI UANG

ONGKOS BEROGANISASI YANG MAHAL

Oleh: Ahmad Tsauri

Hiruk pikuk seperti ini, bermula dari utusan PC & PW harus diberi tambahan ongkos pulang Muktamar oleh calon yang terpilih jadi KETUM.

Saya hadir di Muktamar Makasar juga Muktamar Jombang dan masuk kedalam dinamikanya.

Mulai dari Silaturahmi Nasional PBNU di kediaman KH Sahal Mahfud sampai acara di asrama Haji Sudiang, Makasar. Begitu juga di Jombang mengikuti dinamika tim Ahwa sampai pembacaan surat pengunduran diri dari Romo KH Mustofa Bisri dengan tulisan arab pegon yang indah itu.

Budaya permisif kita yang mendarah daging, sudah jadi rahasia umum pemenang adalah calon yang paling mampu memberi ke lebih banyak utusan dan dengan jumlah nominal lebih besar.

Di Jatman juga ketika Kiai-Kiai datang di Munas, atau Silatnas, Rais Am ini pasti ngongkosi transport, dilokasi dan Pulang. Untuk yang kedua ini tidak tercela, tapi tidak sehat untuk organisasi.

Saya pernah lihat uang sekitar 500 juta – 2 miliar dikantong plastik hitam buat ngongkosi atau ganti transport para Kiai ini.

Ayo silahkan kalau ada yang mau bantah?

Dampaknya alih-alih memajukan organisasi dengan tata kelola yang baik. Yang terjadi adalah upaya konversi jamaah pada pileg dan pilpres dengan timbal balik dukungan dari pemenang pileg dan pilpres secara moril dan materil untuk organisasi. Memang Kiyai kita yang menjadi ketua ormas dapat duit darimana? Dari langit? Selain dari konglo yang dermawan, ya derma para politisi yang tidak gratis.

Inilah yang membuat Kiyai yang jadi tokoh ormas tersandra secara politik. Karena ongkos seremoni dan operational organsiasi mahal.

Bagaimana dengan kasus yang lagi rame? Kurang lebih itu motif dan polanya. Tersandra!

Mungkin ini yang membuat saya tidak tertarik aktif di stuktural. Tidak sehat untuk hidup. Biar sehat tirulah cara hidup Kiyai panutan kita yang diceritakan di postingan Kiyai Ulil Absor Abdala. Tadi;

“Mengabdilah tanpa ambisi”.

Ahmad Tsauri
22.11.25

Komentar