Gus Goblok

Sudah viral, Gus Ulil salah satu ketua NU, menyampaikan pernyataan bahwa ide zero mining itu goblok!

Setidaknya pernyataan itu diulangnya tiga kali, pertanda sangat yakin. Mungkin maksud Gus Ulil itu baik. Beliau ingin mengingatkan bahwa mining telah memberi banyak maslahah bagi kehidupan modern. Kita menikmati listrik, HP, laptop, bahkan sendok nasi pun hasil dari pertambangan. Semua itu nikmat Allah, betul. Tidak ada yang menyangkal.

Tapi ya, jangan buru-buru menyebut ide zero mining sebagai goblok, Gus. Soalnya begitu kata itu keluar, jangan-jangan yang goblok bukan hanya idenya, tapi bisa menular jadi kegoblokan berantai.

Setidaknya ada tiga potensi “efek samping goblok” dari pernyataan tersebut:

1. Jadi tameng gratis untuk para penambang serampangan

    Begitu ada tokoh publik, apalagi yang dianggap memiliki otoritas keagamaan, bilang “zero mining itu goblok”, para pelaku tambang yang kerjaannya menggunduli bukit tanpa tata kelola langsung tepuk tangan seperti nonton konser dangdut di lapangan.

    “Tuh kan, kami benar! Kalian yang goblok!”

    Pernyataan itu bisa dijadikan stempel halal bi halal untuk pertambangan barbar. Dan apa efeknya? Upaya masyarakat sipil untuk mengerem, menata ulang, atau sekadar minta tambang patuh aturan malah makin susah. Karena mereka merasa sudah punya dukungan moral dari otoritas keagamaan.

    Padahal niatnya Ulil mungkin bukan itu. Tapi dampaknya? Ya, bisa begitu.

    2. Bikin generasi sekarang malas mikir alternatif energi

      Kalau zero mining langsung dicap goblok, maka imajinasi kolektif kita bisa mandek.

      “Ngapain cari angin, surya, panas bumi? Toh mineral bumi masih banyak, ini nikmat Tuhan, goblok kalau nggak disyukuri!”

      Lho, kok tiba-tiba jadi logika keruk sampai habis atas nama bersyukur kepada karunia Tuhan?
      Padahal negara-negara lain sudah mulai membuktikan bahwa transisi itu mungkin:

      • Denmark: listrik dari angin sampai lewat 60%
      • Jerman: menutup tambang batubara tua, all-in ke energi bersih
      • Islandia: pakai panas bumi tanpa merusak bumi
      • Belanda: ladang turbin angin sampai kayak taman bunga raksasa, tapi buat listrik

      Sementara kita? Jangan sampai inovasi energi terbarukan justru kena rem tangan gara-gara dikirimi label goblok.

      3. Menghapus “efek kejut” yang penting setelah bencana

        Bencana banjir dan longsor di Sumut, Sumbar, dan Aceh itu memilukan. Ribuan orang terdampak. Saat situasi begini, masyarakat biasanya melempar gagasan ekstrem sebagai shock therapy, ide zero mining adalah salah satunya.

        Bukan berarti ditutup total besok pagi, tapi dilempar sebagai efek kejut agar para pelaku tambang mulai sadar:
        “Eh, kita diawasi masyarakat. Kita harus berubah.”

        Kalau efek kejut ini langsung dilabeli goblok?
        Terus yang pinter yang mana? Yang terus menggali? Yang terus merusak? Yang tutup telinga?

        Padahal Gus Ulil tentu hafal kaidah fikih:

        درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

        “Menghindari kerusakan harus didahulukan daripada mengambil manfaat.”

        Manfaat mining itu ada, tapi mafsadatnya juga jelas hadir, nyata, dan terasa dalam bentuk longsor, banjir bandang, dan hutan botak.

        Kalau peringatan keras untuk mencegah mafsadat malah dicap goblok wah, logikanya jadi jungkir balik.

        Nah, itu beberapa potensi yang bisa menjadi masalah baru, Gus.

        Allahu a’lam.

        (Setiya Jogja)

        Komentar