

Setelah mengundang Peter Berkowitz, akademisi pro-Israel yang mendukung kebijakan apartheid Israel, kini Universitas Indonesia (UI) tanpa rasa malu kembali mengundang Sejarawan Israel, Ronit Ricci, sebagai pemateri di Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XX yang akan diselenggarakan pada 15-17 Oktober 2025.
Simposium ini diselenggarakan oleh Manassa, bekerja sama dengan UI dan Pepusanas.
Langkah ini jelas-jelas menunjukkan bahwa Rektor UI, Heri Hermansyah, seakan menantang gerakan solidaritas Palestina di kampus. Teriakan mahasiswa yang menuntut komitmen anti-Zionisme ternyata masih belum cukup keras bagi mereka.
Undangan untuk Ricci, yang secara terbuka mendukung kebijakan Zionis Israel, bukan hanya merendahkan semangat kemanusiaan dan keadilan, tetapi juga memperlihatkan bahwa UI lebih memilih kepentingan politik tertentu daripada menjaga nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh sebuah institusi pendidikan.
UI seharusnya lebih peka terhadap solidaritas internasional yang mendukung kemerdekaan Palestina, bukan malah membuka ruang untuk normalisasi Zionisme. Ini adalah pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina dan juga aspirasi mahasiswa yang telah berjuang untuk solidaritas sejati.
Dengan kembali mengundang Ricci, yang jelas mendukung kebijakan Israel di Palestina, UI menunjukkan ketidakseriusan dalam menanggapi tuntutan mahasiswa untuk menjaga nilai kemanusiaan dan keadilan. Kita harus terus melawan normalisasi Israel di kampus kita dan mendesak UI untuk berpihak pada kemerdekaan Palestina!
Siapa Ronit Ricci?
Ronit Ricci adalah seorang akademisi asal Israel yang fokus utamanya adalah studi tentang Indonesia, Islam, dan sejarah pengasingan kolonial di Asia Tenggara dan Selatan. Ia menjabat sebagai profesor di Hebrew University of Jerusalem dan aktif dalam pengembangan studi Indonesia di Israel
Hebrew University of Jerusalem memiliki keterkaitan erat dengan gerakan Zionisme. Universitas ini didirikan pada tahun 1925 sebagai bagian dari visi para pemimpin Zionis seperti Chaim Weizmann dan Albert Einstein untuk menciptakan pusat ilmu pengetahuan Yahudi di Yerusalem. Bahkan, gagasan pendirian universitas ini pertama kali diajukan dalam Kongres Zionis pada akhir abad ke-19 oleh tokoh seperti Hermann Schapira dan kemudian didorong oleh tokoh-tokoh seperti Martin Buber dan Theodor Herzl
Ronit Ricci, sebagai akademisi di Hebrew University of Jerusalem, menempati posisi yang secara historis berada dalam jantung proyek intelektual Zionis. Hebrew University didirikan pada tahun 1925 sebagai bagian dari visi gerakan Zionisme untuk membangun pusat ilmu pengetahuan Yahudi di tanah Palestina, menjadikannya simbol budaya dari aspirasi nasional Yahudi. Meskipun Ricci sendiri lebih dikenal melalui kajian lintas budaya tentang Islam, Indonesia, dan pengasingan kolonial, keberadaannya di institusi ini secara tidak langsung menempatkannya dalam lanskap akademik yang dibentuk oleh warisan Zionis. Dalam konteks ini, Ricci beroperasi di ruang yang sarat sejarah politik dan identitas nasional, meski fokus penelitiannya lebih menekankan pada hubungan antarbudaya dan narasi minoritas di Asia Tenggara.
*NB : Terima kasih @manassa.id sudah men-take-down postingan yang memuat poster Ronit Ricci (semoga juga membatalkan undangan-nya), namun poster sudah sempat kami arsipkan, cek story!

(Sumber: IndonesiaSJP)
Link sumber: https://www.instagram.com/p/DOnX4jKEwRA/







Komentar