Yang sebelah kanan adalah Liu Jinsong, Direktur Jenderal Departemen Urusan Ekonomi Internasional Kementerian Luar Negeri China, sementara yang kiri dengan gesture menunduk adalah Masaaki Kanai, Direktur Jenderal Biro Urusan Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Jepang, bertemu di Beijing pada Selasa, 18 November 2025, sebagaimana terlihat dalam tangkapan layar dari video.
Sebuah video yang dirilis oleh media pemerintah China yang memperlihatkan seorang diplomat senior China memelototi rekan sejawatnya dari Jepang beredar luas di internet pada hari Selasa dan dengan cepat menjadi titik panas dalam hubungan yang sudah tegang antara Beijing dan Tokyo.
Kedua negara mengadakan pembicaraan tingkat direktur jenderal di Beijing pada hari Selasa. Pertemuan tersebut terjadi di tengah hubungan bilateral yang memburuk tajam setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengisyaratkan awal bulan ini bahwa Jepang dapat melakukan intervensi jika konflik pecah di Selat Taiwan.
***
Foto itu tampak sepele. Dua pejabat keluar dari ruang pertemuan di Beijing. Yang satu berdiri tegak. Tangan masuk kantong. Yang satu lagi menunduk sedikit. Reaksi di China langsung meledak. Reaksi di Jepang langsung tegang.
Anda bisa melihat simbol besar di dalam adegan kecil itu. Delapan puluh tahun lalu Jepang mengacak-acak China dengan sangat brutal. Negeri itu pecah. Lapar. Tidak punya posisi tawar. Rusak parah. Terjajah.
Sekarang ceritanya terbalik. China tampil sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia, dan tak lama lagi menjadi yang terbesar di dunia . Militer terkuat di kawasan. Pengaruh diplomatik meluas sampai Afrika. Sampai Amerika Latin. Sampai kawasan Pasifik. Semua sudut dunia.
Jepang melihat perubahan itu. Jepang merasa tidak nyaman. Jepang tahu mereka tidak lagi berdialog dengan negara yang pernah mereka injak. Mereka berdialog dengan raksasa baru yang tampil percaya diri. Terlalu percaya diri menurut sebagian pihak. Bahkan China tak segan membalas tarif Trump dengan taktis.
Anda bisa melihat ketegangan itu dari cara kedua negara saling menyerang di PBB. China menolak ambisi Jepang yang ingin menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Jepang membalas dengan mengungkit peran mereka menjaga stabilitas global. Bahasa kedua negara sudah berubah. Lebih keras. Lebih frontal.
Foto itu menjadi pemicu. Jepang protes karena press arrangement dianggap menjerumuskan. China diam saja. Bagi China. gesture itu tidak perlu dijelaskan. Dunia tahu siapa yang sekarang memegang kendali dalam hubungan bilateral ini.
Taiwan ikut memperkeruh. Komentar perdana menteri Jepang memicu respons keras dari Beijing. China menganggap Taiwan urusan internal. Jepang anggap situasi itu ancaman bagi keamanan kawasan. China langsung memperingatkan akan ada tindakan tegas jika Jepang tidak menarik ucapannya.
Anda melihat perubahan sejarah dalam bentuk paling sederhana. Gesture. Durasi tiga detik. Tapi maknanya puluhan tahun. Jepang merasa harga dirinya terganggu. China merasa posisinya sudah pantas untuk bersikap seperti itu.
Asia Timur sedang bergeser. Porosnya bergerak ke Beijing. Jepang sadar. Dunia juga sadar. Satu foto hanya menegaskan kenyataan itu.
(dari fb Akhyari Hananto)







Komentar