Sutradara It Was Just an Accident, Jafar Panahi, dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan larangan bepergian secara in absentia oleh Pemerintah Iran dengan tudingan “kegiatan propaganda” terhadap negara tersebut.
Diberitakan AFP pada Senin (1/12/2025), hal tersebut diungkap oleh pengacara sutradara pemenang Cannes Film Festival 2025 itu, Mostafa Nili.
Nili menyebut hukuman tersebut mencakup larangan bepergian selama dua tahun dan larangan untuk Panahi bergabung dengan kelompok politik atau sosial apa pun. Nili memastikan mereka akan mengajukan banding.
Nili menyebut dakwaan terhadap Panahi adalah terlibat dalam “kegiatan propaganda” terhadap negara itu, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.
“Tuan Panahi saat ini berada di luar Iran,” kata Nili.
Sutradara 65 tahun itu memenangkan penghargaan utama Cannes Film Festival 2025, Palme d’Or, atas filmnya, It Was Just an Accident.
Film itu mengisahkan lima mantan narapidana Iran yang berunding apakah mereka akan melakukan balas dendam terhadap seseorang yang diyakini adalah mantan sipir yang kerap menyiksa mereka.
[Trailer]
[Sinopsis]
Film It Was Just an Accident bercerita tentang mantan tahanan politik Iran bernama Vahid yang bertemu dengan Eghbal yang diduga sipir yang dulu menyiksanya saat di penjara.
- Latar Belakang Vahid: Vahid adalah mantan narapidana yang dipenjara secara tidak adil di Iran. Pengalaman traumatis selama di penjara membuatnya kesulitan menjalani kehidupan normal, meskipun ia kini bekerja di bengkel mobil untuk menata kembali hidupnya.
- Pertemuan dengan Eghbal: Ketenangan Vahid sirna ketika seorang pria berkaki palsu bernama Eghbal datang ke bengkelnya setelah mengalami kecelakaan kecil. Suara decitan langkah kaki palsu Eghbal membangkitkan trauma masa lalu Vahid, karena ia mengenali suara itu sebagai suara penyiksanya di penjara.
- Dilema Moral: Vahid menculik Eghbal dengan niat untuk balas dendam, namun ia ragu karena tidak pernah melihat wajah penyiksanya secara jelas selama di penjara. Hal ini membuatnya mengumpulkan teman-teman sesama mantan tahanan untuk membahas apakah mereka harus menghukum Eghbal atau memaafkannya.
- Tema Film: Film ini mengeksplorasi tema luka, trauma, balas dendam, dan pencarian keadilan, serta bagaimana manusia bisa berusaha untuk tetap memanusiakan diri meskipun telah mengalami kekerasan negara. Film ini menekankan bahwa menjadi baik memerlukan keberanian yang lebih besar daripada menjadi jahat.
Panahi sendiri bulan lalu melakukan tur keliling Amerika Serikat, di antaranya datang ke Los Angeles, New York, dan Telluride untuk promosi filmnya itu jelang musim nominasi Oscar 2026.
Film itu sendiri dipinang oleh Prancis sebagai wakil negara tersebut ke Oscar 2026, dan menjadi kandidat kuat untuk masuk daftar Best International Feature Film ajang prestise dunia perfilman itu.
Hukuman terhadap Panahi ini bukan yang pertama. Pada 2010, Panahi dilarang membuat film selama 20 tahun dan akhirnya meninggalkan Iran setelah mendukung protes anti-pemerintah serta membuat serangkaian film yang mengkritik kondisi Iran modern.
Panahi kala itu dianggap melakukan “propaganda melawan sistem” dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara. Namun dirinya hanya menjalani dua bulan sampai akhirnya dibebaskan dengan jaminan.
Setahun setelah hukuman larangan membuat film selama 20 tahun, Panahi malah membuat film dokumenter bertajuk This is Not a Film dan mengirimnya ke Cannes dalam sebuah flash drive yang disembunyikan di dalam sebuah kue.
Ia juga tetap membuat film bertajuk Taxi dan merilisnya pada 2015, dengan menampilkan dirinya sebagai sopir taksi dan seluruh pengambilan gambarnya dilakukan di dalam mobil.
Pada 2022, Panahi pernah ditangkap dengan protes yang dilakukan oleh sekelompok sineas, tetapi ia dibebaskan tujuh bulan kemudian.
Via : AFP







Komentar