✍🏻Ustadz Dr. Zulfi Akmal
Setiap orang yang melakukan kesalahan mungkin merasa bahwa dosa yang timbul dari perilakunya hanya sekadar yang tampak di depannya. Umpama, contoh yang paling sederhana dan sering dianggap sepele; seseorang membuang sampah sembarangan, ya kesalahannya cuma sekadar buang sampah itu saja. Selesai dan berhenti sampai di situ.
Padahal sesungguhnya tidak demikian. Ada rentetan akibat sesudahnya yang tidak dia sadari dan dia ketahui.
Boleh jadi di dalam sampah yang ia buang terdapat benda yang membahayakan seperti kaca berbentu botol bekas jus. Botol itu dimasukkan ke dalam kantong kresek yang bercampur dengan sampah lain. Lalu dibuang begitu saja di jalanan.
Setelah itu lewat mobil yang tidak sempat mengelak untuk menggilas kantong tadi. Akibatnya, ban mobil sobek dan tentu saja ban meledak. (Pengalaman pribadi).
Bila mobilnya dalam keadaan ngebut bisa hilang kendali dan terguling. Bagaimana kalau di atasnya ada penumpang lain dan di sekitarnya juga ada orang lain yang lewat. Hingga terjadi kecelakaan yang membuat korban terluka, bahkan meninggal dunia.
Makanya Allah berfirman di dalam surah Yasin yang sering kita baca, bahkan diwiridkan sampai hafal:
{ إِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَـٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَیۡءٍ أَحۡصَیۡنَـٰهُ فِیۤ إِمَامࣲ مُّبِینࣲ }
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (Lauḥ Maḥfūẓ)”. [Surat Ya-Sin: 12]
Allah mencatat apa yang telah kita kerjakan, dan berikutnya catatan belum berhenti, karena bekas-bekas atau akibat yang kita lakukan akan terus dicatat, sampai bekasnya berhenti dan terputus.
Boleh jadi seseorang tidak pernah melayangkan tangan untuk membunuh orang ketika hidup di dunia ini, tapi di akhirat nanti dia dapat tagihan dosa membunuh ribuan orang. Matanya terbelalak seraya membantah, aku tidak pernah membunuh seorang manusia pun waktu hidup di dunia ya Allah.
Lalu Allah perlihatkan tanda tangan yang pernah dibubuhkannya di surat sakti yang memberi izin kepada para pembalak hutan dan pengeruk tambang yang ia lakukan di sebuah gedung mewah penuh ac dan hidangan makanan serba mewah lagi lezat. Dihadiri orang-orang penting dengan penampilan serba mentereng. Senyum dan tawa sumringah tak berhenti dari wajahnya. Sekali-sekali diselingi tepuk tangan meriah.
Akibatnya, tidak lama setelah itu hutan jadi gundul, tanah jadi labil karena dikeruk terus. Di waktu musim hujan yang sudah normal datang setiap tahun tanah tidak bisa menahan air, akibatnya terjadi banjir bandang yang menghancurkan segalanya. Ribuan nyawa melayang, bahkan jasadnya pun tidak ditemukan. Ribuan rumah dan jutaan hektar tanah pertanian luluh lantak. Yang menderita bukan orang yang hidup di saat itu saja, bahkan generasi selanjutnya mengalami penderitaan yang tidak bisa dikalkulasikan seberapa dahsyatnya.
Karena itu nyatalah di mata kepala mereka hakikat seluruh perbuatan yang mereka lakukan sambil cengar cengir tanpa merasa bersalah sedikitpun:
{ وَبَدَا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مَا لَمۡ یَكُونُوا۟ یَحۡتَسِبُونَ }
“Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.” [Surat Az-Zumar: 47]
Mungkin waktu hidup di dunia ketika diingatkan mereka alihkan peringatan jadi olok-olokan, karena mereka melihat untung besar dibalik tanda tanga mereka. Juga ada kuasa untuk membungkam mulut orang yang mengingatkan. Yang mengingatkan dianggap merongrong negara, teroris, pembuat keonaran, adu domba dan perpecahan.
Tapi di akhirat…
{ وَبَدَا لَهُمۡ سَیِّـَٔاتُ مَا كَسَبُوا۟ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ یَسۡتَهۡزِءُونَ }
“Dan jelaslah bagi mereka kejahatan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh apa yang dahulu mereka selalu mengolok-oloknya”. [Surat Az-Zumar: 48]
{ وَبَدَا لَهُمۡ سَیِّـَٔاتُ مَا عَمِلُوا۟ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ یَسۡتَهۡزِءُونَ }
“Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan yang mereka kerjakan, dan berlakulah terhadap mereka (azab) yang dahulu mereka perolok-olokkan”. [Surat Al-Jatsiyah: 33]
اللهم لا تعذبنا بما فعل السفهاء منا
(Ya Allah, janganlah Engkau hukum kami atas perbuatan orang-orang bodoh di antara kami.)
..







Komentar