🔴Gedung Sate adalah sebuah ikon bersejarah di Bandung, Jawa Barat, yang berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat sejak tahun 1980. Gedung ini dinamai “Sate” karena ornamen khas di puncaknya yang berbentuk enam tusuk sate, simbol biaya pembangunan tahap pertama senilai 6 juta gulden pada masa Hindia Belanda.
- Fungsi: Gedung Sate awalnya merupakan kantor pemerintahan Hindia Belanda yang bernama Gouvernements Bedrijven (GB), dan setelah kemerdekaan digunakan sebagai kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat hingga saat ini.
- Sejarah: Pembangunan dimulai pada tahun 1920 dan selesai pada tahun 1924 di bawah arahan arsitek Belanda, J. Gerber.
- Arsitektur: Menggabungkan gaya arsitektur Neoklasik dan Art Deco dengan perpaduan nuansa Eropa dan Nusantara.
- Landmark: Selain sebagai kantor pemerintahan, Gedung Sate juga menjadi landmark ikonik Kota Bandung dan sering menjadi tempat acara publik serta tujuan wisata.
***
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengubah pilar gerbang atau gapura Gedung Sate, Bandung dengan desain menyerupai candi. Dedi beralasan bagian pagar bukan bagian dari cagar budaya.
“Disusun berdasarkan analisis yang ahli, orang teknik sipil yang menyusunnya,” kata pria yang karib disapa KDM itu di Gedung Sate, Sabtu, 22 November 2025.
Dedi bicara tentang peradaban Sunda, yang peninggalannya batu tinggal candi. Sementara di zaman Prabu Siliwangi hampir tidak ada peninggalan bangunan. Ada pun peninggalan bangunan yang masih ada tersisa adalah budaya Kacirebonan.
“Gapura itu berasal dari nilai dan budaya Kacirebonan yang mengadopsi dari kebudayaan Mataram dan Majapahit dan disebut Candi Bentar,” ujarnya.
Dari pantauan TEMPO pada Sabtu siang, sejumlah pekerja menyusun material yang dibentuk seperti candi pada bagian depan Gedung Sate. Beberapa bangunan ada yang ditutupi atap terpal dan sebagian juga telah dicat warna putih.

Dipertanyakan Dosen ITB
Sebelumnya, dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung atau ITB Agus Suharjono Ekomadyo mengaku heran karena tiba-tiba ada pembangunan gerbang candi saat akhir tahun di depan Gedung Sate.
“Candi di gerbang ini yang dipertanyakan adalah konsepnya apa, semangatnya apa? Bingung juga saya,” kata dosen di kelompok keahlian perancangan arsitektur ITB itu, Jumat 21 November 2025.
Menurut Agus, Gedung Sate dirancang sebagai masterpiece pada zamannya yang memadukan kemegahan bangunan Eropa dengan mengadopsi unsur-unsur lokal sehingga tidak hanya megah tapi ada cerita dan konsepnya.
Dari proporsi atau bentuk, bangunan Gedung Sate mengadopsi bagian kepala, badan, dan kaki, dalam arsitektur tradisional di Indonesia. Kemudian konsep teras atau selasar, dan paling jelas terlihat adalah pada bentuk atap.
“Ada proses kreatif dalam adopsinya jadi tidak asal jiplak dan ada filosofinya,” ujar Agus.
Dia menyayangkan perombakan gerbang dengan bentuk candi itu tidak melalui proses diskusi publik.
Agus mendesak pemerintah provinsi Jawa Barat meminta maaf dan mengakui salah.
“Kalau kata saya salah, karena publik dan expert tidak daiajak ngobrol untuk bangunan monumental ini,” katanya.
Agus menilai pemerintah provinsi Jawa Barat melanggar Undang-undang tentang partisipasi publik.
Kejadian ini menurut dia bisa membuat publik mencurigai bahwa pembangunan gerbang candi itu proyek untuk penyerapan anggaran.
Melansir dari Antara, biaya renovasi itu mencapai Rp 3,9 miliar.
Menurut Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat, Mas Adi Komar, anggaran tersebut digunakan untuk merenovasi enam gerbang, perbaikan pilar, serta penataan area parkir barat dan timur yang kondisinya dinilai sudah tidak layak.
Adi membantah jika proyek ini mengabaikan nilai sejarah. Menurut dia, konsep dua pilar menyerupai Candi Bentar justru upaya mempertegas identitas budaya Jawa Barat di lingkungan pusat pemerintahan.
(Sumber: TEMPO)







Komentar