“Cuma serem di medsos…”

✍🏻Saief Alemdar

Kalau ada yang bilang “kondisi hanya serem di media sosial”, justru sebaliknya, Om.

Apa yang terjadi di lapangan jauh lebih horor, kenapa? karena selama 1 minggu pertama banjir “kayu” di Sumatera itu, khususnya di Aceh, semua listrik dan akses komunikasi putus, terputus atau diputusin. Jadi, tidak ada yang merekam dan mempublikasikannya di medsos.

“Kesereman di medsos” yang kita lihat di hari ke-4 banjir “kayu” itu hanya sebagian saja, ketika akses komunikasi mulai hidup, dan orang-orang dari luar daerah masuk. Aslinya….jauh lebih menyayat hati, Om.

Dalam situasi musibah seperti ini, orang yang sebelumnya kaya mendadak miskin, ada orang yang bekerja sejak kecil untuk bisa memiliki rumah, dalam sekejap rumahnya hilang, mungkin kalau bukan karena masih beriman bahwa dunia ini ada akhirnya, mereka sudah gila.

Bayangkan kalian yang tidak bisa hidup tanpa quota internet, saudara-saudara di Aceh, Sumut dan Sumbar sudah 10 hari hidup tanpa makanan, dingin di siang hari, gelap di malam hari, tanpa air bersih, mungkin ada yang masih memakai pakaian yang sama sejak 10 hari lalu!

Kalau kita lihat mobil tanker berserakan di jalanan, gajah yang dibawa arus, kita bisa tau betapa dahsyatnya banjir “kayu” itu, bayangkan bagaimana nasib anak-anak dan orang-orang tua.

Semoga Allah menerima mereka yang telah meninggal sebagai syuhada, dan menguatkan mereka yang masih berjuang untuk hidup.

Jadi, baiknya, kalau tidak bisa membantu, janganlah komentar macam-macam.

Komentar