BREAKING NEWS: Seorang warga negara China berinisial MY ditangkap di Bandara Khusus PT IWIP

“Target Bernama MY”

BREAKING NEWS:
Seorang warga negara China berinisial MY ditangkap di Bandara Khusus PT IWIP, Weda Bay, Maluku Utara, setelah kedapatan membawa sembilan bungkus serbuk nikel—lima bungkus nikel campuran dan empat bungkus nikel murni. Penangkapan dilakukan Satgas Terpadu yang baru beberapa hari bertugas mengamankan kawasan industri strategis tersebut.

Namun publik langsung menanyakan hal yang sama:
Kenapa hanya sembilan bungkus? Beratnya berapa? Nilainya saja mungkin tidak sampai ratusan ribu. Untuk apa diselundupkan?
Siapa pun yang pernah melihat operasi penyelundupan mineral tahu bahwa nikel baru layak diselundupkan jika beratnya bertonton, bukan sekantong kecil seperti bungkusan kopi.

Justru di sinilah letak anomali kasus ini.
Keanehannya bukan pada barangnya, tapi pada orangnya.

Sembilan bungkus nikel terlalu kecil untuk disebut penyelundupan, tetapi terlalu presisi untuk disebut kebetulan. Dan bagi dunia intelijen, ukuran barang tidak pernah menentukan skala ancaman. Yang menentukan adalah pola, akses, dan peran orang yang membawanya.

MY sudah berada dalam radar jauh sebelum hari penangkapan itu.

Beberapa minggu sebelumnya, sebuah titik tambang yang seharusnya steril ditemukan memiliki bekas pengambilan sampel. Bukan dalam jumlah besar—hanya seukuran genggaman tangan—tetapi dengan jejak kadar tinggi. Laporan lapangan, intersepsi komunikasi pendek, dan pola pergerakan seseorang yang terlalu sering menuju titik-titik yang sama, mulai membentuk gambaran samar: ada seseorang yang mengumpulkan sampel untuk uji laboratorium.

Uji laboratorium bukan sekadar pengujian mineral. Dalam dunia penambangan ilegal, uji laboratorium adalah peta masa depan. Dari sampel kecil, jaringan bisa menentukan lokasi mana yang layak dibuka, berapa alat berat yang diperlukan, dan kapan operasi dimulai. Semua operasi besar berawal dari sampel kecil.

Dan semua sampel itu, menurut satu jalur informasi, mengarah ke sosok yang sama: MY.

Ketika Satgas Terpadu diturunkan pada 29 November, tujuan mereka bukan menangkap penyelundupan barang bernilai rendah. Tujuan mereka adalah membatasi pergerakan dan menemukan perantara—seseorang yang mengumpulkan data geologi negara untuk pihak yang tidak diketahui. Mereka hanya butuh satu celah legal untuk menahan target.

Celah itu muncul pada 5 Desember.
MY membawa sembilan bungkus serbuk nikel ke bandara. Jumlah kecil, tetapi cukup sebagai pelanggaran formal untuk menangkapnya hidup-hidup tanpa menciptakan kegaduhan politik atau diplomatik.

Sembilan bungkus itu bukan tujuan operasi.
Sembilan bungkus itu adalah kunci administratif untuk menginterogasi seseorang yang dianggap jauh lebih penting dari nilainya.

Karena bagi intelijen, MY bukan penyelundup kecil.
MY adalah node—titik penghubung dalam jaringan. Ia mungkin tahu siapa yang memintanya mengambil sampel, siapa yang membiayai, dan siapa yang menunggu hasil uji laboratorium di luar sana.

Kasus ini tampak kecil di mata publik, tetapi di meja intelijen, ini adalah pintu awal untuk membongkar sesuatu yang lebih besar: perburuan nikel kadar tinggi secara ilegal di Halmahera.

Dan negara memilih untuk menghentikan rantai itu pada titik paling awal.
Dengan satu nama: MY.

(Agus Maksum)

*gambar hanya ilustrasi

Komentar