Keputusan pemerintah Indonesia yang baru-baru ini menetapkan Soeharto sebagai pahlawan nasional tidak hanya mengguncang wacana publik di dalam negeri, tetapi juga menarik sorotan media internasional. Bahkan, BBC — media arus utama asal Inggris — secara gamblang menyebut Soeharto sebagai “diktator.”
Dalam laporan yang terbit Senin (10/11), BBC menulis bahwa gelar pahlawan nasional untuk Soeharto “memicu perdebatan tajam di Indonesia,” karena warisan kekuasaannya dianggap penuh darah, represi, dan pelanggaran HAM. Media itu mengingatkan bahwa di bawah rezim Orde Baru yang berkuasa selama lebih dari tiga dekade, “ratusan ribu orang yang dituduh komunis dibunuh, sementara ribuan lainnya disiksa dan dipenjara.”
BBC juga menyoroti ironi bahwa Presiden Prabowo Subianto, menantu Soeharto sekaligus mantan jenderal yang juga memiliki catatan pelanggaran HAM, justru menjadi pemimpin upacara penganugerahan gelar tersebut di Istana Negara, Jakarta.
Laporan itu menyebut, selama berkuasa dari 1966 hingga 1998, Soeharto mengklaim diri sebagai “Bapak Pembangunan”, dan memang di masa itu ekonomi Indonesia tumbuh pesat — rata-rata 7% per tahun. Namun, BBC menulis, pertumbuhan itu dibayar mahal dengan korupsi sistemik, penyiksaan, penghilangan aktivis, serta pembungkaman kebebasan berpendapat.
“Soeharto berkuasa melalui pertumpahan darah, dan pemerintahannya ditandai oleh represi yang keras,” tulis BBC.
Media Inggris itu bahkan menyoroti bagaimana invasi militer ke Timor Timur di bawah Soeharto menjadi salah satu operasi paling brutal di era Perang Dingin, sementara korupsi di lingkar kekuasaannya disebut mencapai miliaran dolar AS.
Di sisi lain, laporan BBC juga mengakui bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih mengingat sisi positif Orde Baru — stabilitas ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan harga kebutuhan yang terkendali. Namun, BBC menegaskan bahwa upaya menjadikan Soeharto sebagai pahlawan “tak bisa dilepaskan dari potensi pemutihan sejarah dan revisi narasi masa lalu.”
Organisasi Amnesty International Indonesia dalam kutipan BBC bahkan menyebut penganugerahan itu sebagai “upaya memutihkan dosa-dosa rezim otoriter”, menilai langkah tersebut sebagai bentuk “distorsi sejarah” yang menghapus penderitaan para korban pelanggaran HAM.
BBC menutup laporannya dengan ironi: di saat Soeharto digelari pahlawan, pemerintah juga menobatkan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Marsinah — dua sosok yang justru dikenal menentang keras Orde Baru. Gus Dur disebut sebagai simbol pluralisme dan demokrasi, sementara Marsinah menjadi ikon perlawanan buruh terhadap represi negara di tahun 1990-an.
Dengan gaya khasnya yang netral tapi tajam, BBC seolah ingin menyampaikan pesan bahwa penghormatan terhadap Soeharto tak bisa dilepaskan dari bayangan kelam sejarah. Dunia mungkin masih mengingatnya sebagai diktator, bahkan ketika Indonesia mencoba menulis ulang bab sejarahnya sendiri.







Komentar