Apa yang Terjadi Jika Kontrak Freeport Tak Diperpanjang?

PT Freeport Indonesia kembali menjadi sorotan setelah Presiden Direktur Tony Wenas menyampaikan setoran dividen sekitar 4 miliar dolar AS atau setara Rp64 triliun (kurs Rp16.000) kepada pemerintah Indonesia. Angka ini menunjukkan besarnya kontribusi perusahaan tambang emas dan tembaga raksasa tersebut terhadap perekonomian nasional. Namun, Tony mengingatkan bahwa kontrak operasi Freeport hanya berlaku hingga tahun 2041. Jika kontrak tersebut tidak diperpanjang, dampaknya diperkirakan sangat signifikan.

Menurut Tony, sekitar 30 ribu pekerja yang selama ini menggantungkan hidup dari kegiatan operasional Freeport bisa kehilangan mata pencaharian. Selain itu, dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang setiap tahunnya mencapai Rp2 triliun untuk pembangunan masyarakat di Papua juga terancam terhenti. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan pengelolaan tambang Grasberg, salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia.

Lalu, mengapa Indonesia tidak mengambil alih penuh pengelolaan Freeport setelah kontraknya berakhir? Pertanyaan ini kerap muncul di publik. Kendati saat ini Indonesia melalui PT Inalum (MIND ID) telah menguasai 51,2% saham Freeport Indonesia, pengelolaan tambang tetap membutuhkan teknologi canggih, keahlian, serta modal investasi besar yang selama ini dikuasai Freeport-McMoRan selaku induk perusahaan. Pemerintah memang memiliki opsi untuk mengelola sendiri, tetapi tantangan teknis dan finansialnya tidak kecil.

Selama beroperasi di Indonesia, Freeport tercatat menyumbang revenue yang sangat besar. Sejak mulai eksplorasi pada akhir 1960-an hingga kini, Freeport diperkirakan telah menghasilkan puluhan miliar dolar dari penjualan emas dan tembaga. Sebagian masuk ke kas negara melalui pajak, royalti, dan dividen. Pada 2023 saja, kontribusi Freeport kepada negara mencapai lebih dari Rp70 triliun.

Ke depan, keputusan mengenai kelanjutan kontrak Freeport bukan hanya soal bisnis, tetapi juga menyangkut kepastian ekonomi ribuan pekerja, keberlangsungan pembangunan di Papua, dan strategi Indonesia dalam mengelola kekayaan sumber daya alamnya sendiri.

Tabel Dividen PT Freeport Indonesia (2021–2024)

TahunJumlah DividenKeterangan
2021USD 243 juta (≈ Rp 3,49 triliun)Dividen disetor ke negara pada November 2021.
2022± USD 3,1 miliarDividen besar dibagikan ke MIND ID, salah satu pembayaran tertinggi sepanjang sejarah.
2023USD 708,2 juta (≈ Rp 11,1 triliun)Dividen yang dibayarkan ke MIND ID, dilaporkan 2024.
2024Rp 7,73 triliun (bagian pemerintah & daerah)Alokasi bagian keuntungan bersih untuk pusat dan daerah, diumumkan April 2025.

Komentar