Analis Israel: Sebelum serangan 7 Oktober, Isu Palestina hampir sepenuhnya lenyap dari agenda internasional

✍️Dr. Hairul Anuar

Beberapa tahun sebelum serangan 7 Oktober, perjuangan pembebasan Palestina tampak semakin melemah di Timur Tengah.

Banyak pemimpin memilih jalan mudah, tunduk pada kekuatan-kekuatan besar dunia, mengejar investasi asing, dan membangun “kemajuan” mengikuti model Barat melalui normalisasi dengan musuh.

Akhirnya, isu Palestina semakin terlupakan, martabat rakyat semakin terpinggirkan, dan semangat kebangkitan seakan padam.

Namun, pada 7 Oktober 2023, dunia dikejutkan oleh operasi yang mengguncang status quo isu Palestina.

Para komandan mujahidin bangkit dengan tekad berjuang bahwa Islam tidak dapat tunduk pada penindasan dan martabat rakyat lebih tinggi daripada perjanjian-perjanjian palsu penjajah.

Mereka menggemakan ayat Al-Qur’an

َيا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ

“Hai Yahya! Ambillah Kitab (Taurat) ini dengan kuat!” (Maryam: 12)

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa terhadap agamamu, maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” (Al-Mā’idah: 3)

Mereka tidak hanya menggagalkan agenda normalisasi negara-negara Arab.

Tetapi mereka juga memulihkan keyakinan umat Islam bahwa kekuatan tidak datang dari senjata, melainkan dari iman dan keteguhan seperti Sayyidina Abu Bakar yang memerangi Riddah.

Mereka berhasil bertahan dan terus berjuang tanpa lelah melawan aliansi AS dan Israel.

Penulis Yahudi, Gideon Levy, menulis di Haaretz:

“Isu Palestina hampir sepenuhnya lenyap dari agenda internasional.

Jika perjanjian normalisasi dengan Arab Saudi berhasil, maka Palestina akan seperti orang Indian Merah di Amerika. Sebuah bangsa yang hanya hidup dalam sejarah.”

Namun, ia menambahkan,

“Tiba-tiba, perang Gaza datang dan segalanya berubah.

Dunia yang sebelumnya diam kini menoleh ke Palestina.

Mereka mulai bersimpati, mulai memahami penderitaan rakyat yang tertindas.”

Lihatlah, bukan diplomasi yang mengubah narasi dunia, melainkan para mujahidin di lapangan yang mengorbankan nyawa mereka untuk menghidupkan kembali perjuangan pembebasan Palestina.

Bukan konferensi kosong yang menghidupkan kembali isu Palestina, melainkan darah para syuhada dan keteguhan iman sejati yang terus membangkitkan semangat kepahlawanan rakyat yang telah lama tertidur.

Sejarah akan mencatat bahwa peperangan ini bukanlah yang terakhir, melainkan awal dari kebangkitan baru.

Beruntunglah mereka yang bersama-sama berpegang teguh pada prinsip-prinsip perjuangan, meskipun mereka tidak mendapatkan pengakuan dari kekuatan-kekuatan besar dunia.

Karena keridhaan Allah lebih besar dari segala pengakuan manusia.

فَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَوْلَىٰكُمْ ۚ نِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ

“Dan sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang menolong (agama-Nya); sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Anfaal: 40)

Komentar