Oleh: Ustadz M Anwar Rifa’i
Kemarin-kemarin, sengaja saya tidak berkomentar karena keadaan masih berkabung, bahkan evakuasi masih belum tuntas, pada saat itu, sikap yang tepat adalah berdo’a untuk para korban memohon semoga keadaan bisa segera terlewati.
Sekarang, dengan penuh rasa kepedulian dan cinta pada pesantren, saya ingin menulis beberapa poin:
- Kita jelas berduka oleh musibah ini, dan sangat mengecam pada siapapun yang terus menerus menyudutkan keadaan apalagi mendiskreditkan budaya Roan (gotong royong) di pesantren dengan istilah-istilah yang tidak pantas.
- Namun sebagai bentuk kepedulian kepada para santri yang sedang berjuang menuntut ilmu di manapun berada, kita juga mesti evaluasi diri mengenai pentingnya keamanan dalam pembangunan. Kita membutuhkan mereka belajar sampai tuntas sehingga bisa ikut menyebarkan ilmu di seluruh penjuru negeri ini.
- Sekeramat-keramatnya Pesantren, dan seberkah-berkahnya pesantren, tidak boleh dijadikan jaminan keselamatan sehingga mengabaikan matematika. Kita tetap harus rasional, karena Nabi SAW pun harus repot-repot menggali khondaq (parit) untuk melawan pasukan kafir quraish, beliau tetap berdarah oleh kepungan orang kafir ketika pasukan pemanah muslimin di atas Uhud melanggar perintah strategi beliau.
- Selama masih di alam dunia, kita jangan terlalu berharap dengan keajaiban. Bangunan seperti dalam gambar ini jelas sangat menghawatirkan dan perlu di bangun ulang agar kejadian serupa tidak terulang.
- Mari kita jadikan tragedi penuh duka ini sebagai koreksi bersama dengan tujuan memperbaiki kualitas pendidikan Islam di semua aspek wabil khusus dalam hal keamanan pembangunan hingga kebersihan.







Komentar