Tidak semua pejuang ditakdirkan untuk berdiri di puncak kemenangan. Ada yang dipanggil pulang di tengah perjalanan, ada menjadi tiang-tiang yang menjadi tumbal penopang jalan bagi pejuang yang lain.
Lihatlah, Yasir dan Sumayyah gugur sebelum Hijrah, menjadi fondasi pertama bagi perjuangan umat. Lalu Hamzah dan Mush’ab, mereka jatuh syahid sebelum Fathu Makkah, menorehkan darah suci yang menjadi bahan bakar penerang langkah-langkah selanjutnya.
Ada harga yang harus dibayar, ada darah yang harus mengalir demi meratakan jalan menuju tujuan. Kita bukanlah penentu hasil, melainkan penanggung jawab atas setiap langkah. Tanggung jawab kita adalah untuk terus berjalan, bukan untuk sampai. Tanggung jawab kita adalah untuk berjuang, bukan untuk menang.
Sebab, kemenangan sejati adalah adalah bagi mereka setia memegang janji kepada Allah. Dan setiap jiwa yang gugur di jalanNya, dia telah meraih kemenangan abadi, bahkan jika ia tak pernah melihat tujuan. Kemenangan mereka bukan di dunia, melainkan di sisiNya.
Bukankah juga telah kau baca kisah Ashhabul Ukhdud yang dibakar tanpa sisa. Namun Allah menutup kisah ‘tragis’ mereka dengan kalimat: ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْكَبِيرُ (“Dan itulah kemenangan yang besar”).
Oleh karena itu, selain berdoa kepada Allah untuk meminta kemenangan, jangan lupa untuk memohon kepadaNya keteguhan dalam perjalanan.
اللهم الثبات حتى الممات
(Ihsanul Faruqi)







Komentar