Tampang Gubernur Taliban

Ini adalah Mullah Mohammad Aman Obaid, Gubernur Provinsi Kabul, Afghanistan.

Begitulah penampilan Gubernur Taliban.

15 Agustus 2021, ketika kota Kabul jatuh ke tangan Taliban, banyak yang mengira kekuasaan para jihadis hanya akan berlangsung sementara. Kebanyakan pengamat percaya, negeri di kaki Pegunungan Hindu Kush itu akan terisolasi di bawah kendali kelompok radikal Islam.

Namun empat tahun berselang, keyakinan itu perlahan runtuh.

Kini Taliban kokoh di puncak kekuasaan. Begitu kokoh hingga banyak pemerintahan Eropa—termasuk Jerman—mulai merayap dalam menormalisasi hubungan dengan pemerintahan de facto di Kabul, dan menjadikan mereka mitra bicara resmi.

Awal Juli lalu, Rusia menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban. “Dengan begitu, Rusia mengambil alih peran yang sebelumnya dimainkan Amerika Serikat di Afganistan—peran yang ditinggalkan sukarela saat menarik pasukan empat tahun lalu,” kata Sardar Rahimi, peneliti hubungan internasional di Universitas Inalco, Paris, yang mengkhususkan diri pada bahasa dan budaya Timur, dilansir DW.

Cina pun berusaha membina hubungan ekonomi dan diplomatik erat dengan pemerintahan Taliban, meski belum memberi pengakuan resmi. Namun pada Januari 2024, Presiden Xi Jinping sudah menerima duta besar Taliban di Beijing dengan protokol kenegaraan lengkap di Aula Besar Rakyat.

Bagi pemerintahan komunis di Beijing, Afganistan penting untuk mendorong proyek infrastruktur global, Inisiatif Sabuk dan Jalan. Hak eksploitasi dan ekspor bahan tambang berharga dari Afganistan juga diharap bisa menopang ledakan produksi industri di Negeri Tirai Bambu.

Meski menolak Taliban secara politik, Jerman tetap membuka kanal komunikasi lewat Qatar. Menurut Rahimi, demi bisa mendeportasi pengungsi ke Afganistan, negara-negara Barat mau tak mau harus berurusan langsung dengan penguasa di Kabul, hingga bahkan memberi konsesi tertentu.

Negara Barat, kata Rahimi, harus mengakui kenyataan bahwa Taliban kini mengontrol seluruh aspek kehidupan publik di Afganistan. Inilah landasan hubungan negara-negara lain dengan rezim di Kabul. Taliban sendiri irit bicara soal pertemuan dengan negara-negara seperti Jerman. Bagi mereka, fakta bahwa Barat meminta bicara sudah merupakan kemenangan besar.

Komentar