✍🏻Daniel Hananya Sinaga
Tahun 2021 seorang pejuang lingkungan bernama Togu Simorangkir dan Timnya membuat aksi jalan kaki dari Sumatera Utara ke Jakarta. Tujuannya meminta pemerintah menutup PT TPL (PT Toba Pulp Lestari) sang perusahaan kayu yang memiliki konsesi lahan ratusan ribu hektar di Tapanuli Raya.
Togu Simorangkir diterima langsung oleh Jokowi, tapi sayang tidak ada tindak lanjut dari pemerintah selepas pertemuan itu.
Kemudian makin banyak aksi meminta PT TPL ditutup, gesekan antar warga petani lokal dengan PT TPL juga semakin sering terjadi.
Perjuangan ini mendapat angin segar ketika Ephorus, pemimpin tertinggi dalam organisasi gereja HKBP ikut bersuara dengan lantang. Sebagai catatan bahwa HKBP adalah organisasi gereja Protestan dengan anggota jemaat terbanyak di Indonesia.
Alih-alih seruan Ephorus yang menyuarakan agar PT TPL ditutup itu didengar, para pendukung PT TPL malah menyuarakan balik “Ganti Ephorus!”.
Hanya dalam hitungan hari setelah demo terbesar menuntut PT TPL ditutup dilakukan di depan kantor Gubernur Sumut Bobby di Medan (10/11/2025), terjadi bencana besar di kawasan Sumatera Utara.
Tentu saja iklim dan cuaca menyumbang andil terjadinya bencana ini. Tapi ketahanan alam yang masih asri itu jauh berbeda dengan ketahanan alam yang sudah habis dibabat perusahaan kayu.
Setelah bencana besar ini terjadi, barulah pemerintah mau melirik soal penggunaan lahan hutan di Sumatera.
***

Demo Gubernur Bobby Tuntut Penutupan PT TPL
Unjuk rasa mendesak PT Toba Pulp Lestari (TPL) ditutup, berlangsung di depan Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro, Kota Medan, Senin (10/11/2025).
Ribuan massa tersebut adalah dari Sekretariat Bersama (Sekber) Gerakan Oikumenis untuk Keadilan Ekologis di Sumatera Utara bahkan mendesak agar TPL diusir dari Tanah Batak.


Dalam aksi Sekber Oikumenis itu, massa melalui Koordinator Aksi Rokki Pasaribu, dalam orasinya dari atas mobil komando menyampaikan kekesalannya kepada Gubernur Sumut, Bobby Nasution.
Pasalnya, Gubernur Bobby Nasution dinilai telah memperlihatkan itikad politik yang lebih mementingkan perusahaan TPL dibandingkan masyarakat.
Padahal saat ini banyak masyarakat yang menjadi korban kekerasan, masyarakat yang mengalami tindakan semena-mena perusahaan TPL. Pernyataan itu diamini ribuan massa demo.
Dikatakan Rokki, Gubernur Bobby Nasution tidak boleh hanya melakukan pendekatan hukum untuk melihat situasi ini. Seharusnya Bobby melihat aspek historis bahwa masyarakat sudah turun temurun di wilayahnya.
“Oleh karena itu kawan kawan pada saat nanti kita ingin meminta komitmen Gubernur Sumatera Utara, apa komitmen dia terhadap tuntutan kita, yaitu tutup TPL,” tegasnya.
Karenanya lewat aksi tersebut, mereka merasa sangat penting mempertanyakan sikap Gubernur Bobby Nasution, apakah kepada masyarakat atau lebih mementingkan TPL.
“Kita ingin menguji komitmen Gubernur Sumatera Utara, keberpihakannya terhadap korban-korban TPL. Kalau kita saksikan nanti tidak berpihak kepada kita, kita akan katakan bahwa Gubernur ini adalah gubernur siapa? Gubernur TPL, jadi biarkan saja dia hanya memimpin TPL, tidak usah kita dipimpin,” ujar Rokki.
[VIDEO AKSI]







Komentar