Solusi Dua Negara itu Tidak Lain Hanyalah Cerita Fiktif

Oleh: Hasmi Bakhtiar (Analis Timur Tengah)

“Two State Solution” (solusi dua negara) dan “Recognition of Palestine” (pengakuan negara Palestina) itu dua issue berbeda yang berada dalam satu gerbong bernama “New York Declaration”. Selama ini banyak negara khususnya Barat percaya solusi dua negara tapi dalam waktu bersamaan hanya mengakui kedaulatan Israel tanpa Palestina.

“New York Declaration” disahkan oleh Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12 September 2025.

Dalam deklarasi New York yang digagas oleh Perancis dan Saudi, Palestina harus diakui sebagai sebuah negara sebagai jalan menuju solusi dua negara. Pengakuan terhadap Palestina ini yang disebut banyak orang sebagai sebuah “kemenangan”. Hal yang selama ini tidak dilakukan Barat.

Apakah pengakuan terhadap Palestina akan berbuah solusi dua negara? Belum tentu bahkan cenderung mustahil. Netanyahu sendiri merespon pengakuan Inggris dkk terhadap Palestina dengan kalimat: tidak akan pernah ada yang namanya negara Palestina.

Belum lagi pembangunan pemukiman ilegal Yahudi di tanah hasil rampasan milik rakyat Palestina khususnya di Tepi Barat yang jumlahnya ratusan ribu pemukiman Yahudi. Terus itu semua mau dibongkar dan yahudi-yahudi pendatang itu mau diusir kemana?

Walau Hamas sendiri menyetujui solusi dua negara sesuai batas 1967 dengan syarat TANPA MENGAKUI KEDAULATAN ISRAEL, tapi di lapangan itu semua mustahil terwujud. Apalagi Netanyahu juga punya ambisi (khayalan) “Israel Raya”, makin mustahil terwujud solusi dua negara.

New York declaration sendiri tidak menjelaskan batas negara Palestina yang dimaksud. Apakah batas 1948, 1967 atau tidak ada tanahnya sama sekali seperti yang diinginkan Israel?

Ditambah lagi ada embel-embel Palestina boleh merdeka tapi gak boleh punya militer. Ibarat boleh nikah tapi gak boleh punya anak. Di saat yang sama militer Israel dimanja gila-gilaan. Aneh-aneh aja.

Jadi, seharusnya pemimpin muslim berhenti pada point pengakuan terhadap kedaulatan Palestina karena ini menjadi senjata untuk menekan bahkan membelenggu Israel. Masalah solusi dua negara suruh saja Israel mengakui negara Palestina lebih dulu. Gak bakal terjadi.

Makanya gw bilang pidato Prabowo kemaren jelek karena berulang bicara solusi dua negara tanpa menyentuh substansi masalah yaitu PENJAJAHAN. Kalau yang bicara seperti itu pemimpin Barat bisa dimaklumi, tapi ini Prabowo presiden negara dengan populasi muslim terbesar. Bangsa yang dianggap.

Pada akhirnya solusi dua negara itu tidak lain hanyalah cerita fiktif. Pengakuan terhadap Palestina seluas mungkin yang harus digalang. Perang ini sekali lagi adalah perang eksistensi. Salah satunya akan hilang.

(sumber: X)

Komentar