Sifat Orang-Orang Munafik Ketika Terjadi Perang Antara Islam dengan Kafir

Sifat Munafik Ketika Terjadi Perang Antara Islam dengan Kafir

Oleh: Ustadz Anshari Taslim

Allah Ta’ala telah menyebutkan sifat-sifat orang munafik dalam berbagai surat dalam Al-Qur’an, agar kita mengenali mereka, waspada terhadap mereka, dan tidak terjerumus dalam perangkap serta tipu daya mereka. Dalam surat Al-Ahzab, Allah menyebutkan bahwa di antara keadaan mereka adalah: mereka bersifat bakhil, penakut, dan lemah imannya. Mereka tidak ikut berperang dan berjihad. Bahkan, menurut teks Al-Qur’an, mereka adalah penghalang dan penghambat jalan jihad.

Parahnya lagi, mereka memiliki lisan yang lemes dan tajam, yang mereka gunakan untuk mencela para pejuang agama Allah, mengejek mereka, dan memperbesar kesalahan serta dosa-dosa mereka. Mereka sendiri tidak mempersiapkan diri, tidak berjihad, tidak pula membela—dan juga tidak diam agar selamat.

Allah Ta’ala berfirman tentang mereka:

۞ قَدْ يَعْلَمُ اللّٰهُ الْمُعَوِّقِيْنَ مِنْكُمْ وَالْقَاۤىِٕلِيْنَ لِاِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ اِلَيْنَا ۚوَلَا يَأْتُوْنَ الْبَأْسَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ ١٨ اَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَاِذَا جَاۤءَ الْخَوْفُ رَاَيْتَهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ تَدُوْرُ اَعْيُنُهُمْ كَالَّذِيْ يُغْشٰى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِۚ فَاِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوْكُمْ بِاَلْسِنَةٍ حِدَادٍ اَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَمْ يُؤْمِنُوْا فَاَحْبَطَ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا ( الاحزاب/33: 18-19)

“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kalian, dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, ‘Marilah kepada kami.’ Dan mereka tidak mendatangi peperangan kecuali sebentar. Mereka kikir terhadap kalian. Maka apabila datang rasa takut (peperangan), kamu melihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang berputar-putar seperti orang yang akan pingsan karena takut mati. Tetapi apabila rasa takut telah hilang, mereka mencacimu dengan lidah yang tajam, dan mereka kikir dalam kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan amal-amal mereka. Dan yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (QS. Al-Ahzab: 18–19)

Di antara tanda-tanda orang munafik di masa Rasulullah adalah bahwa:

  • Mereka tidak suka melihat para mujahidin meraih kemenangan
  • Mereka menantikan kekalahan para mujahidin setiap saat
  • Jika mereka melihat ada usaha atau jihad, mereka meremehkannya.
  • Keberhasilan para mujahidin membuat mereka kesal.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman tentang mereka:

اِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۚ وَاِنْ تُصِبْكَ مُصِيْبَةٌ يَّقُوْلُوْا قَدْ اَخَذْنَآ اَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَّهُمْ فَرِحُوْنَ ٥٠ قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ( التوبة/9: 50-51)

Jika kamu mendapat suatu kebaikan, hal itu menyakitkan mereka, tetapi jika kamu tertimpa suatu musibah, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah memperhatikan urusan kami sebelumnya,” lalu mereka berpaling dengan gembira. (QS. At-Taubah: 50)

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami; Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang mukmin harus bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51)

Di antara tanda-tanda mereka yang paling jelas adalah celaan dan ejekan mereka terhadap orang-orang yang beramal untuk agama Allah dan para mujahidin yang berjuang dengan apa yang mereka mampu.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman tentang mereka:

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوٰىهُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ ٧٨ اَلَّذِيْنَ يَلْمِزُوْنَ الْمُطَّوِّعِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى الصَّدَقٰتِ وَالَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ اِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُوْنَ مِنْهُمْ ۗسَخِرَ اللّٰهُ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ( التوبة/9: 78-79)

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang ghaib?” (QS. At-Taubah: 78)

“(Yaitu) orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberikan sedekah secara sukarela, dan (juga mencela) orang-orang yang tidak memiliki apa-apa selain jerih payah mereka, lalu mereka mengejeknya. Maka Allah akan membalas ejekan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 79)

Di antara tanda-tanda mereka juga adalah mereka enggan ikut berperang dan berjuang, serta benci mengorbankan jiwa dan harta mereka di jalan Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala menyebutkan sifat ini pada mereka:

فَرِحَ الْمُخَلَّفُوْنَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلٰفَ رَسُوْلِ اللّٰهِ وَكَرِهُوْٓا اَنْ يُّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَالُوْا لَا تَنْفِرُوْا فِى الْحَرِّۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ اَشَدُّ حَرًّاۗ لَوْ كَانُوْا يَفْقَهُوْنَ

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka berkata, “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah, “Api neraka Jahanam itu lebih panas,” jika mereka mengetahui. (QS. At-Taubah: 81).

Ciri lain dari kemunafikan adalah bahwa setiap kali terjadi peperangan antara Islam dan kafir, mereka selalu mengira bahwa orang kafir atau musuhlah yang akan menang, dan proyek perjuangan jihad yang telah dibangung kaum Muslimin dengan persiapan akan kalah dan menyerah. Karena itu, mereka mulai mengungkapkan isi hati mereka yang penuh dengan kebencian dan dendam, sebagaimana firman Allah Ta’ala:”

بَلْ ظَنَنْتُمْ اَنْ لَّنْ يَّنْقَلِبَ الرَّسُوْلُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ اِلٰٓى اَهْلِيْهِمْ اَبَدًا وَّزُيِّنَ ذٰلِكَ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِۚ وَكُنْتُمْ قَوْمًاۢ بُوْرًا ( الفتح/48: 12)

“Bahkan kamu mengira bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak akan pernah kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya, dan itu dihiasi (tampak indah) dalam hatimu. Kamu telah berprasangka buruk, dan kamu menjadi kaum yang binasa.” (QS. Al-Fath: 12)

Allah juga berfirman:


وَاِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ مَّا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اِلَّا غُرُوْرًا ١٢ وَاِذْ قَالَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ يٰٓاَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوْا ۚوَيَسْتَأْذِنُ فَرِيْقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُوْلُوْنَ اِنَّ بُيُوْتَنَا عَوْرَةٌ ۗوَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ ۗاِنْ يُّرِيْدُوْنَ اِلَّا فِرَارًا ( الاحزاب/33: 12-13)

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kita selain tipu daya.’ Dan (ingatlah) ketika segolongan dari mereka berkata, ‘Wahai penduduk Yatsrib, tidak ada tempat (yang aman) bagi kalian, maka kembalilah!’ Dan segolongan dari mereka meminta izin kepada Nabi (untuk meninggalkan medan perang), mereka berkata, ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak aman),’ padahal rumah-rumah itu tidak terbuka. Mereka tidak menginginkan apa-apa kecuali melarikan diri.” (QS. Al-Ahzab: 12–13).

Anshari Taslim, 6 Oktober 2025.

Komentar