Setelah Menuai Sorotan Publik, Maskot STQH Nasional 2025 Akhirnya Diturunkan

Setelah menuai sorotan publik, panitia pelaksana Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) Nasional XVIII di Kendari akhirnya melakukan penyesuaian terhadap desain maskot resmi yang sebelumnya ramai diperbincangkan. Dalam versi terbaru, figur hewan yang semula digambarkan memegang Al-Qur’an kini telah hilang.

STQH Nasional ke-28 dijadwalkan akan dibuka pada 11 Oktober hingga 19 Oktober 2025 di Kota Kendari, dengan peserta dari 34 provinsi di Indonesia. Pemerintah Provinsi Sultra berharap seluruh masyarakat dapat menjadi tuan rumah yang baik, menciptakan suasana penyelenggaraan yang tertib, hangat, dan bernilai ibadah.

Dengan langkah cepat panitia dan klarifikasi resmi dari Pemprov Sultra, polemik soal maskot kini diharapkan tuntas, dan perhatian publik kembali terfokus pada esensi utama STQH: memperkuat syiar Al-Qur’an dan menampilkan wajah Sulawesi Tenggara yang religius dan berbudaya.

***

Hanya selang beberapa jam setelah dipasang, maskotnya langsung diturunkan. Tadi saya mau ke sana ambil fotonya langsung dari TKP, ternyata sudah gak ada.

MasyaAllah.. Semua tentunya karena kuasa Allah. Kemudian the power of netijen, dan juga cepat tanggapnya pemerintah daerah merespon. Cukup salut buat gercepnya Pemprov meredam keributan yang terjadi di sini sejak pagi tadi.

Saya tetap husnuzon, ini mungkin ketidaktahuan saja, bukan unsur kesengajaan. Semoga jadi pelajaran buat penyelenggara, mestinya duduk bersama dirembukkan dulu dengan vendor, EO, atau pembuat desain, hati-hati bawa-bawa simbol agama. Ini perhelatan lomba religi, bukan olahraga atau kesenian.

STQH ini lomba ngaji loh, ngapain ada binatang dibuat pegang mushaf Al-Qur’an? Dipakein jilbab pula. Kan konyol.

Entah dibayar berapa ini yang bikin maskot. Pasti mahal lah. Beberapa tahun lalu saja, saya buat desain maskot Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) mirip kayak begini, saya dikasih 10 juta oleh pihak kampus.

Diturunkannya maskot ini siang tadi, pihak panitia pasti rugi. Tapi gak apa-apalah demi kemaslahatan. Harga mahal sebuah pelajaran.

Makanya, sudah saatnya mindset sebagian dari kita diubah. Jangan terkungkung dengan pola pikir jadul, bahwa maskot itu harus hewan. Kan bisa buah-buahan, tanaman, atau ciri khas daerah lainnya.

Menurut klarifikasi pihak panitia tadi, maskot ini katanya adalah anoa, hewan endemik dari Sultra. Padahal kalo saya perhatikan, malah lebih mirip Tom and Jerry.

(Oleh: Arham Rasyid)

Komentar