✍🏻Yanuar Rizky (Pengamat ekonomi)
Kemarin BPS mengeluarkan rilis pertumbuhan Ekonomi Kuartal III tahun 2025, yang sebelum rilisnya gegap gempita dikatakan ekonomi sudah dipulihkan likuiditasnya, masyarakat sudah mulai rajin belanja…
Data rilis BPS menunjukan bahwa pertumbuhan tahun ke tahun (yoy) konsumsi rumah tangga Kuartal III tahun 2025 adalah 4,89% yang merupakan angka terendah dalam 14 tahun terakhir.
Data yang dikelola Bright Institute menunjukan angka baseline rata-rata (angka normal), dengan mengecualikan saat pandemi Covid, adalah 5,19%.

Jadi, terendah dalam 14 tahun, dan juga dibawah pertumbuhan alamiahnya.
Apa itu pertumbuhan alamiah?
Angka pertumbuhan konsumsi yang naik akibat kenaikan penyesuain harga akibat kenaikan harga (inflasi), tapi daya beli konsumen masih bisa membelinya (titik keseimbangan baru).
Jadi, jika dibawah angka baseline alamiah, artinya harga penyesuain tidak dapat dijangkau rumah tangga, inilah yang disebut pelemahan daya beli!
Konsumsi rumah tangga, secara persamaan akan diperoleh dari pendapatan, jika pendapatan kurang, akan ditutupi oleh tabungan (kalau punya) dan berhutang (kalau ada yang dihutangi).
Angka “makan tabungan” (mengambil uang tabungan untuk kebutuhan, karena pendapatan berkurang) adalah fakta, dan indikator kelas menengah perkotaan (kantoran) menunjukam transaksi kartu kredit volumenya naik terus, dan sinyalnya NPL (kredit macet) nya juga meningkat tajam!
Jadi, ini soal detail dari data yang harus dicermati, dan bukan sebatas di “entertain” oleh pidato optimisme pemerintah banyak duitnya, padahal juga banyak utangnya yang akan jatuh tempo.
(*)







Komentar