Dalam beberapa tahun terakhir publik dikejutkan dengan kasus besar yang melibatkan pejabat tinggi kepolisian. Nama Teddy Minahasa menjadi sorotan karena terlibat dalam peredaran narkoba skala besar, sementara Ferdy Sambo dipidana atas pembunuhan yang awalnya ditutup melalui rekayasa cerita. Keduanya bukan polisi biasa. Mereka menduduki jabatan strategis. Pertanyaan pun muncul di tengah masyarakat. Jika orang dengan pangkat tertinggi saja dapat terlibat dalam kriminal, lalu bagaimana nasib struktur di bawahnya?
Kata oknum terasa tidak cukup menjelaskan realitas ini. Oknum seharusnya minoritas kecil, namun ketika mereka berada di puncak komando maka istilah tersebut terasa terlalu lemah untuk menggambarkan kerusakan yang lebih besar.
Ketika Penegak Hukum Menjadi Pelanggar Hukum
Kisah Teddy Minahasa dan Ferdy Sambo membuktikan bahwa penjara bukan hanya tempat bagi warga sipil. Penegak hukum juga bisa masuk ke balik jeruji besi. Kedua kasus ini menggoyahkan kepercayaan publik, sebab mereka yang seharusnya menjaga batas moral malah melangkah paling jauh keluar dari batas itu.
Satu pertanyaan yang sulit dihindari. Jika penjaga gerbang itu sendiri membuka pintu bagi kejahatan, siapa lagi yang bisa kita andalkan?
Mengapa Ini Bisa Terjadi
Untuk memahami persoalan, kita tidak bisa hanya menyalahkan individu. Ada faktor struktural yang membuat pelanggaran bisa terjadi dan bertahan lama sebelum terungkap.
- Kewenangan Besar Tanpa Pengawasan yang Seimbang
Polisi memiliki kewenangan menahan, menggeledah, menyita barang bukti dan membawa senjata. Kekuatan seperti ini harus diawasi dengan ketat. Jika pengawasan lemah, penyalahgunaan hanya tinggal menunggu momentum. - Budaya Hierarki yang Sulit Dikoreksi
Sistem kepolisian sangat bertingkat. Bawahan enggan melawan instruksi atasan walaupun sadar perintah tersebut salah. Loyalitas kadang lebih diutamakan dibanding integritas. Ini berbahaya karena membuka ruang kejahatan dalam sunyi. - Rasa Kebal Hukum
Pengawasan internal sering dilakukan oleh institusi yang sama. Akibatnya konflik kepentingan pun muncul. Hukuman bisa dinego, kasus bisa diarahkan, dan informasi bisa tertutup rapat apabila pelakunya memiliki posisi kuat. - Celah Ekonomi dan Jaringan Kejahatan
Kejahatan seperti narkoba, tambang ilegal, dan perjudian selalu membutuhkan pelindung. Ketika tawaran uang jauh lebih besar dari pendapatan resmi, sebagian orang tidak mampu menolak. Uang dan kekuasaan adalah dua godaan terbesar dalam sistem ini.
Masalah Polri bukan hanya soal individu yang menyimpang. Ini persoalan sistem yang memungkinkan penyimpangan terjadi dan bertahan tanpa terdeteksi.
Mengapa Reformasi Polri Sangat Mendesak
Reformasi penting bukan untuk mempermalukan institusi melainkan untuk menyelamatkannya. Penegak hukum yang kehilangan kepercayaan publik akan kehilangan legitimasi. Jika polisi tidak dipercaya, proses penegakan hukum akan terganggu dan stabilitas negara ikut terancam.
Beberapa langkah yang patut menjadi prioritas.
Pengawasan eksternal yang independen
Pengawasan tidak boleh hanya dilakukan dari dalam tubuh Polri. Harus ada lembaga luar yang berwenang mengakses, memeriksa dan mengumumkan hasilnya kepada publik.
Perbaikan kultur internal
Standar integritas harus menjadi syarat utama perekrutan dan kenaikan pangkat. Bukan kedekatan personal, bukan senioritas.
Perlindungan whistleblower
Anggota yang berani mengungkap pelanggaran harus dilindungi total. Jika pelapor takut dihancurkan kariernya, maka kebenaran tidak akan pernah muncul.
Transparansi proses hukum
Setiap polisi yang melanggar harus diproses secara terbuka. Masyarakat berhak tahu sejauh mana penyelidikan berjalan dan bagaimana putusannya ditetapkan. Transparansi membangun kembali kepercayaan.
Reformasi tidak boleh berhenti di atas kertas. Ini harus menjadi operasi nyata untuk menyembuhkan luka dan menyingkirkan penyakit sampai akar terdalam.
Penutup. Mengkritik Karena Peduli
Kritik bukan bentuk permusuhan. Ini cara kita menjaga agar Polri tetap berada dalam jalur yang benar. Polisi adalah garda depan hukum. Jika garda ini rapuh, maka yang runtuh bukan hanya institusinya tetapi negara yang berdiri di belakangnya.
Kita ingin Polri yang kuat. Kita ingin polisi yang bersih, manusiawi, profesional dan dipercaya. Kita ingin mereka hadir untuk melindungi, bukan menakutkan.
Reformasi bukan untuk menjatuhkan Polri. Reformasi dilakukan agar Polri bisa berdiri lebih tinggi dari hari kemarin.







Komentar