Prabowo Ditengah Dilematika atau Ditengah Ancaman?

๐—ฃ๐—ฟ๐—ฎ๐—ฏ๐—ผ๐˜„๐—ผ ๐——๐—ถ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ต ๐——๐—ถ๐—น๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐—ธ๐—ฎ ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚ ๐——๐—ถ๐˜๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ต ๐—”๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป ?


โœ๐Ÿป @Naz_lira

Jika kedatangan Jokowi menemui Prabowo di Kertanegara ternyata benar meminta โ€œperlindungan Prabowoโ€ seperti yang dikatakan oleh Wartawan Senior Edy Mulyadi, maka dapat diduga bahwa upaya Jokowi tersebut dilatari oleh keresahannya akan potensi tuntutan hukum di masa depan.

Hal ini tentu saja membuat Prabowo berada di posisi yang sangat krusial. Sikap yang ideal untuk diambil harus mencerminkan perannya sebagai Presiden terpilih yang akan memimpin seluruh rakyat, bukan hanya sebagai individu yang memiliki hubungan personal atau politik dengan Jokowi.

Sebenarnya Prabowo telah berkali-kali di berbagai kesempatan pidatonya menyatakan kesungguhannya untuk menempatkan supremasi hukum dan kepentingan negara di atas segalanya. Nampaknya hal inilah yang semakin hari semakin menambah keresahan Jokowi.

Jika Jokowi datang karena berharap perlindungan, maka Prabowo harus menegaskan, baik secara personal kepada Jokowi maupun secara implisit kepada publik, bahwa Indonesia adalah negara hukum. Artinya, semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum (equality before the law).

Prabowo belakangan memang semakin memperjelas posisinya dihadapan publik, bahwa dia tidak bisa memberikan jaminan kekebalan hukum kepada siapapun, termasuk presiden sebelumnya.
Prabowo tau betul, menjanjikan proteksi pada Jokowi akan mencederai konstitusi dan sumpah jabatannya kelak.

Dan penegasan Prabowo ini yang tidak disukai oleh bapak dari Wapres Gibran itu. Jokowi tidak ingin Prabowo hanya terkesan mendengarkan semua keluh kesah atau “keresahan” yang disampaikan dirinya dengan sikap hormat sebagai seorang penerus kepada pendahulunya, namun tidak menyetujui atau menjanjikan intervensi terhadap proses hukum yang semakin hari semakin mendekat pada dirinya.

Sikap yang diinginkan Jokowi adalah respons yang memberi kepastian hukum sebagaimana yang pernah diberikan Prabowo kepada Hasto dan Tom Lembong.

Jokowi berharap Prabowo mengambil Keputusan Politik Presiden yang memblokade seluruh koridor hukum terhadap dirinya. Sebuah permintaan yang bukan hanya dilematis bagi Prabowo, namun juga sangat berbahaya bagi kewibawaan dan kedudukan jabatannya sebagai Presiden.

Disinilah pentingnya dukungan seluruh rakyat kepada Presiden @prabowo, bukan sebaliknya diserang dengan opini negatif seperti yang terus menerus dilakukan gerombolan termul Gajah Merah.

Dapat dibayangkan jika di meja makan itu Prabowo dihadapkan dengan jejalan narasi:

โ€œIngat, menyeret mantan presiden ke pengadilan dapat menimbulkan guncangan politik yang hebat dan membelah masyarakat. Anda harus bersikap bijak dengan tidak membiarkan hukum bergerak liar โ€˜memburuโ€™ kesalahan Presiden sebelumnya di masa lalu..!!โ€.

Bukankah itu adalah โ€œAncaman Nyataโ€ terhadap Prabowo?

Jika seluruh rakyat tidak memberi dukungan, siapa yang menjadi garda terkuat Presiden Prabowo ?, sedangkan Termul menit demi menit terus tanpa lelah mengoyak kewibawaan Prabowo dan menaikan citra Fufufafa.

Rakyat harus bantu Prabowo membuat garis pemisah yang tegas. Hubungan baiknya dengan Jokowi cukup menjadi aset untuk โ€œtransisi politik kekuasaan yang mulus tanpa darahโ€, tetapi hubungan itu tidak boleh dijadikan dasar untuk menabrak aturan hukum.

Sikap kenegarawanan akan tetap menjadi pedoman Prabowo untuk mendahulukan bangsa dan negara dari kepentingan lainnya.

Prabowo boleh menjadi sangat simpatik secara personal, namun bersamaan dengan itu juga tegas secara konstitusional.

Rakyat harus menjadi navigator Prabowo, bahwa jabatan Presidennya harus menjadi penjamin bahwa hukum akan berjalan di relnya, bukan penjamin keselamatan personal seseorang, apalagi seorang Badjingan dengan segudang ๐—ธ๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป dimasa lalunya. (*)

Komentar