🗣Bahlil: “Agar tidak kita impor banyak dan juga untuk membuat minyak yang bersih, yang ramah lingkungan.”
- Naaah…bagus terang-terangan gitu loh. Jadi konsumen tau kalau kami mendapatkan bensin oplosan etanol. Dan dilegalkan.
- Memang sih, setiap tahun Indonesia habis Triliunan rupiah buat Impor beli bensin dari luar negeri.
- Dengan etanol lokal, sebagian kebutuhan bisa diganti bahan dari tebu dan singkong. Artinya, uangnya berputar di dalam negeri.
- Studi Wargula (2025) menyebut pencampuran 10% etanol bisa menghemat 3–5% impor minyak pertahun. Tapi puluhan tahun import, kenapa ngga cari ladang minyak baru?
- Tul, investasinya mahal dan pekerjaan rumit, tapi daripada sampai 10 turunan import terus, hayo!
- Import kan solusi jangka pendek. Kalian tuh mikirnya gimana dapet komisi mulu sih.
- Memang juga etanol punya kandungan oksigen lebih tinggi, sehingga pembakaran lebih sempurna dan bisa menurunkan emisi karbon monoksida serta hidrokarbon (Hu et al., 2024, Journal of Cleaner Production). Tapi efisiensi mesin jadi turun, bensin makin boros.
- Secara energi yang dihasilkan etanol lebih rendah dari bensin murni. Artinya, jarak tempuh bisa berkurang 2–5% per liter.
- Ini bukan saya yang ngarang, tapi menurut penelitian di Fuel Journal 2023 menegaskan hal ini terjadi di banyak negara konsummen E10. Selain itu berdasarkan pengalaman pribadi.
- Penggunaan E10 yang mengandung etanol yang bersifat higroskopis mengakibatkan beberapa komponen bisa cepat karat, seal bocor, bahkan muncul knocking (ledakan di ruang bakar. (Warguła, 2025, Energies Journal).
- Terus, kapasitas produksi bioetanol kita baru 300 ribu kiloliter per tahun, padahal kebutuhan nasional bisa jauh lebih tinggi.
- Selain itu, etanol yang tersedia di pasar Indonesia saat ini diserap oleh Industri.
- Jadi kalau dipaksakan, akan terjadi tarik-menarik kebutuhan etanol oleh industri dengan BBM.
- Ujung-ujungnya justru bakalan impor etanol lagi.
- Lah, katanya mau kurangi impor?
- Belum lagi akan terjadi hukum supply- demand. Harga etanol makin volatil aja.
- Di sisi lain, kalau singkong dan tebu lebih menguntungkan untuk etanol, petani bisa beralih dari pangan ke energi. Akibatnya, harga singkong dan gula naik.
- Hiks, bye bye ngeteh sambil ngemil singkong rebus sore-sore.
- Satu lagi, emisi belum tentu lebih kecil.
- Kalau produksi etanol masih pakai pupuk kimia, deforestasi, dan pembakaran lahan, hasil akhirnya bisa lebih kotor dari bensin biasa.
- Om Bahlil, kebijakan E10 tidak salah, tapi cara eksekusinya menentukan hasil.
- Kalau dipersiapkan dengan uji coba menyeluruh, infrastruktur memadai, dan pasokan etanol lokal cukup, harga stabil, dan jujur ke konsumen, kita bisa bangga menyebutnya BBM hijau Indonesia.
(Oleh: Rinny Mirari Ermiyanti)







Komentar