
Saya menyimak video wawancara media pers dengan KH. Abdul Salam Pimpinan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.
Seingat saya dari seluruh pernyataannya tidak terucap dari lisannya kata-kata “permintaan maaf”…
Ketika wartawan menanyakan: Kiyai, ada ungkapan bela sungkawa atau ingin menyatakan permintaan maaf kepada wali santri kiyai ?
Kiyai kemudian menjawab: Ini sudah taqdir dari Allah, harus sabar, mudah-mudahan dibalas Allah dengan pahala yang …
Pak Kiyai, wali santri yang jadi korban terkena musibah ketiban balok beton tidak perlu Anda kuliahi soal Takdir pada momentum seperti ini, Anda salah situasi.
Yang diperlukan adalah pernyataan Anda bertanggung jawab, misalnya akan mengevaluasi pekerjaan tukang, membebaskan biaya santri yang selamat dari tragedi selama mondok dan memohon maaf atas kelalaian Anda dalam mengurus Pesantren.
Kematian, Tragedi itu memang takdir tetapi sebabnya adalah tata kelola Anda yang salah.
Apakah Anda hendak melibatkan Allah supaya bertanggung jawab atas kekeliruan Anda gitu?
Ketika ditanya IMB dijawab tidak tahu, ketika ditanya berapa kira-kira jumlah santri yang ikut sholat ashar dijawab tidak tahu karena alasan tidak mengimami jamaah.
IMB adalah bentuk taat prosedural supaya bangunan diassesmen oleh ahlinya untuk kelayakan dan lingkungan.
Bangunan dengan struktur bertingkat mestinya membayar Insinyur Bangunan sebagai Kepala Proyek yang bertanggung jawab atas kekuatan struktur bangunan dan lainya karena resiko bencana dan nyawa.
Jumlah santri bisa diestimasikan dari kebiasaan selama ini ketika sholat ashar, 3 bulan, 1 bulan atau satu Minggu terakhir.
Jika anda tidak tahu karena tidak jadi Imam tidak di lokasi TKP, Anda kan bisa berhitung dengan data kebiasaan yang ada sebelumnya.
Anda bahkan bisa menghitung luas bangunan musholla untuk memprediksi jumlah jamaah.
Pernyataan² kiyai menunjukkan defisit tanggung jawab dan arogansi manajerial.
Pula tidak menunjukkan ekspresi empati dan pemahaman mendalam tentang Ponpesnya.
(Aly Raihan El-Mishry)









Komentar