✍️Ustadz Wahab Rajasam
Ketika beberapa asatidz muda pulang dari Saudi, Mesir, Yaman, dan Universitas di timur Tengah lainnya selepas menuntut ilmu dan telah meraih gelar S1 hingga S2 meminta saran kepada sahabat sekaligus guru kami (dai senior dan sangat dikenal). Apa yang sebaiknya kami lakukan? Apakah ngajar di Kampus, ngajar di Pesantren atau ngajar di kajian kajian masyarakat dan masjid masjid yang besar?
Maka diluar dugaan, beliau (ustadz senior ini) menyarankan agar ngajar TPA saja.
Maka para ustadz muda yang baru saja menamatkan pendidikannya yang cukup bergengsi tadi, kaget dan seolah olah meyakini kalo itu adalah jawaban candaan dan sedikit iseng.
Beliau melanjutkan, buat TPA di sekitar kampung antum mulailah dakwah dari anak anak mereka. Jangan berpikir yang besar kalo antum belum pernah melakukan yang kecil dan jangan berpikir bahwa dakwah itu harus diatas mimbar dan meja kajian yang nyaman dan langsung dihormati. Ketahuilah bahwa kami (ustadz kami ini) sekarang bisa mengajar ke berbagai kalangan, dikenal oleh masyarakat luas nusantara dan menjadi besar dengan melakukan hal hal kecil. Jadi jangan hanya punya cita cita besar tapi tidak mau melakukan hal hal kecil.
“Masa kuliah jauh jauh sampai ke negeri orang, menguasai berbagai ilmu agama, mampu membaca kitab, punya gelar bergengsi,” malah kadang merasa punya nilai jual yang tinggi. Buanglah ego dan rasa ingin segera mendapatkan posisi di suatu kaum dengan berusaha menempatkan diri dan tawadhu.
Membuka TPA itu sangat strategis, karena membangun pondasi umat, ibu ibunya juga akan ikut ngaji karena anter anak anaknya, ngajar TPA itu memulai dengan Tauhid dan Al Quran, lalu disusul dengan mengajarkan adab (mengenalkan siroh nabawiyah), kemudian ilmu dan amal (perbaikan cara wudhu, sholat, dll) sesuai tahapan dakwah yang Rasulullah ajarkan.
Beliau menutup dengan nasehat, “Jangan tergesa-gesa dalam berdakwah untuk segera mendapatkan penghormatan dari masyarakat. Ilmu yang dimiliki, meskipun sangat ilmiah, hujjah dalil yang kuat dan menyandang gelar yang bergengsi, jika tidak disampaikan dengan bahasa yang tepat dan bijaksana, belum tentu dipahami dan diterima oleh masyarakat. Perbanyaklah dakwah bil haal, jadilah qudwah di tengah masyarakat.”
(fb)







Komentar