Nah, kalau yang ini saya benar-benar bisa memahaminya

Nah, kalau yang ini saya benar-benar bisa memahaminya. Saya dukung malah. Tentu sangat masuk akal menantu Soeharto membela mertuanya. Memang sudah semestinya begitu.

Pun saat JK, Mahfud, dan mantan-mantan pejabat lain membela Soeharto jadi pahlawan. Pun Bahlil, pejabat-pejabat dari Golkar, dll. Bahkan saat Fadli Zon, Budiman Sujatmiko dll mendukung Soeharto jadi pahlawan saya paham sekali. Masuk akal. Mereka pernah dan masih mendapatkan bagian dari negara ini, apa? Gaji, fasilitas, privelege, uang pensiun, dll dsbgnya.

Yang saya bingung itu, kamu dapat apa? Seriusan loh ini, kamu dapat apa?

Kalau saya kenapa kritis sekali ke pejabat-pejabat, termasuk Soeharto jadi pahlawan, karena: satu, saya bayar pajak, buku2 saya itu bayar pajak miliaran loh. Dua, anak cucu di sekitar saya kelak akan menanggung utang negara yg sdh hampir 10.000 triliun, padahal apa dosa anak cucu ini? Tiga, agama saya memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar, saling menasehati dalam kebaikan. Bukan saling tolong menolong dalam urusan mubazir, kejahatan, dkk.

Kamu juga bayar pajak loh. Kamu beli kuota internet saja, itu tuh bayar pajak. Kamu susah2 cari pekerjaan, sudah dapat, eh pemerintah yg nggak pernah bantuin motong buat pajak. Kamu susah2 beli rumah, besok2 saat kamu jual, kena pajak juga. Padahal pemerintah nggak bantuin kamu beli itu rumah.

Buku2 sy kena pajak. Dan nasib, bukan hanya pemerintah tdk bantuin sy nulis buku2 ini. Bahkan pemerintah tidak peduli dan tidak mau mengatasi buku bajakan. Jutaan buku bajakan sy dijual bebas. Dus, itulah kenapa sy kritis. 🙂

Semoga kamu memang dapat sesuatu dgn justeru sebaliknya menjilati pejabat2 ini. Bansos mungkin. Dilempari kaos, sembako mungkin. Amplop2 mungkin. Tapi jika kamu tetap harus kerja sendiri cari makan, tetap susah hidupnya, duuh rugi banget belain pejabat (yg bahkan sudah mati).

-TERE LIYE-

Komentar