✍🏻Abu Takeru Rizal
Seorang ustadz salafi yang saya kenal mendorong anak anak muda cari kerja di luar negeri seperti Jepang dsb, lalu ustadz salafi lain kritik sambil membawa fatwa seorang Syeikh lalu ditambah dengan kalimat pedas “BUAT APA MENCARI SECUIL GAJI (KEUNTUNGAN) DUNIA DENGAN MENGGADAIKAN IMANMU dengan kerja di negeri kafir!!!”
Statement di atas bisa dicounter lagi “Sorry ustadz! Siapa yg gadaikan iman demi dapat dunia? Justru kita tinggal di negeri ini udah kerja mati matian gak bisa mencukupi kebutuhan hidup. Kalau lanjut begini kami bisa bisa malah jatuh ke tindakan kriminal (merampok, mencuri dll) demi memenuhi kebutuhan perut, justru kalau tetep tinggal disini iman kita bisa ANCUR.”
Wah akhirnya jadi PEDES nih…netizen yang udah ngajipun akhirnya PECAH sambil bingung, jadi yang bener yang mana nih? Boleh atau enggak ya kerja di negeri kafir agar ekonomi membaik?
Tulisan ini bakalan lumayan panjang, selamat membaca….
Setuju dengan Syeikh… pertama, saya sebagai orang yang pernah tinggal di negeri Kangoroo (Australia) SETUJU dengan poin-poin syeikh:
- Dunia TIDAK SEBANDING dgn akhirat
- Tidak boleh gadaikan iman demi mendapatkan dunia
- Tinggal di tengah-tengah kafir ada ancaman dari hadis nabi yg mulia “أنا بريء من كل مسلم يقيم بين أظهر المشركين، قالوا يا رسول الله ولم؟ قال: لا تراءى نارهما ”Aku berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal bersama-sama dengan orang-orang musyrik”
- Rizki Allah luas & kita bisa berjuang & tawakal
Namun hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa fatwa ulama itu TIDAK BISA DIGENERALISIR di setiap waktu dan tempat, fatwa itu harus meliat realita… maka walau fatwa syeikh itu BENAR namun bisa jadi itu compatible hanya di negeri yang mana syeikh tersebut berfatwa… maka ketika ustadz menshare fatwa Syeikh tersebut tanpa meliat realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat… ini malah jadi kontraproduktif bahkan bisa membawa masalah super besar.
Pernahkah kita liat berita ojol mati karena nahan lapar? Gak ada makanan…Gak ada uang… apa ojol tersebut males kerja?? TIDAK !!! Bahkan dia meninggal saat berjuang mencari nafkah.
Ekonomi suatu negeri hancur BUKAN hanya karena orang-orang males kerja…namun banyak faktor faktor lain yang kebanyakan adalah karena ulah kezoliman dari berbagai macam pihak… contoh:
🔴Tukang parkir liar yang mematikan bisnis rumahan padahal sang pemilik bisnis udah keluar ratusan juta modal utk jalankan bisnis
🔵Penarik Pajak yang besar besaran namun pajaknya malah BUKAN KEMBALI ke maslahat masyarakat sehingga biaya pendidikan, pengobatan, dan hal hal urgen lainnya tetap super mahal walau kita udah bayar pajak
🟢Kezoliman Pemerintah yang membuat aturan2 yang bikin masyarakat tercekik dan makin sulit untuk ikhtiar kerja (ini lagi bahas edukasi lho, awas aja kalau ada yang vonis “khawarij gak taat pemerintah”… wong kita cuma lagi bahas faktor2 orang sulit kerja)
🔴Kebijakan Perusahaan2 yang hanya merekrut orang dengan skill super duper complex yang mayoritas manusia gak bisa sedangkan masyarakatnya juga gak didukung utk dapat skill skill tsb dgn mudah
🔵Masyarakat yang zolim satu sama lain, sehingga bisa jadi ada karyawan yang baik malah dipecat gara2 fitnah dari temen2nya
🟢Orang2 kaya yang menimbun harta shingga orang2 miskin yang mampu berkarya malah gak dapat bantuan utk putar modal, sedangkan yang gak bisa berkarya gak diberi sedekah utk sekedar memenuhi kebutuhan hidup mereka
Banyak kan ya faktornya? Yang belum disebutin lebih banyak.
Nah dalam Islam, ketika masyarakat hidup susah maka TUGAS PEMERINTAH adalah mengatur agar mereka bisa bergerak di bidang-bidang yang dengannya ekonomi berputar.
Kembali ke persoalan individu yang ingin tinggal di negeri kafir untuk kerja. Apakah pantas kita memvonisnya sebagai “menukar akhirat dengan dunia yang hina?” … kenapa memilih untuk memvonis fitnah tersebut, kenapa gak ngasih solusi terbaik buat dia? Sedekah atau ngasih 19 juta lapangan pekerjaan dan apakah benar mutlak haram Kerja di negeri kafir?
Jawabannya :
- Jika ada negeri muslim yang secara benefit (salary) bisa besar dan jobdesk sesuai skill kita. Maka itulah pilihan utama kita, namun kita tau banyak negeri muslim yang justru gak demikian…sedangkan Australia, Jepang, sudah terbukti banget profesional mereka dalam menggaji karyawannya (pengalaman pribadi kami)
- Jika akhirnya memilih negeri kafir, maka pastikan usahakan mencari komunitas muslim untuk tinggal disana, sehingga kita bisa laksanakan banyak syiar-syiar islam di sana dan menjaga iman serta rutin kajian. Pastikan SELALU MENJAGA SOLAT 5 WAKTU. adapun Jumatan, jangankan di negeri mayoritas non muslim, kalaupun kita tinggal di negeri muslim namun jarak ke mesjid puluhan kilometer maka GAK WAJIB JUMATAN
- JAGA DIRI dari keharaman-keharaman. Dan pekerjaan kita pastikan di sektor yg halal
- Jika dirasa sudah punya uang tabungan banyak yang mana kita bisa survive sampai tua, maka sebaiknya pulang ke negeri muslim. Atau sudah punya cukup modal utk membuka usaha yg maju. Namun jika masih belum dan jika pulang terancam ekonomi terpuruk lagi seperti sebelumnya maka silakan tetep disana dengan tetap menjaga iman, syiar dan amal soleh.
🔵Dalil akan jelas BOLEHNYA kerja di negeri mayoritas non muslim adalah para sahabat nabi berdagang di negeri-negeri kafir. Dan kita tau bahwa kerja sebagai karyawan adalah bentuk JUAL BELI juga (yakni jual jasa) maka jelas itu dalil shohih yg memperbolehkannya, adapun hadis ancaman tinggal di tengah2 masyarakat non muslim adalah itu utk orang2 yg gak bisa menjaga iman mereka, sehingga mereka akhirnya mulai mengikuti kebiasaan buruk mereka bahkan sampai ke tahapan pemikirannya pun jadi mengikuti orang2 kafir dalam beragama. Ini jelas HARAM dan bisa masuk kemurtadan.
🔴Sekarang tinggal pertimbangkan masing-masing. Sebagian dari rekan-rekan kami justru mendapat hidayah dan bisa Syiar Islam banyak waktu mereka tinggal dan kerja di negeri kafir. Dan itu justru bisa berpahala jihad dengan ilmu dan amal jariyah. Saya pribadi pun mendapat hidayah sunnah saat di Australia saat teman saya memberi kitab Ibnu Jauzy ttg Talbis Iblis.
(sumber: dari fb penulis)







Komentar