KEMATIAN YANG MUDAH BUKANLAH TANDA RIDHO ALLAH
✍🏻Alif Ahmad
Kemarin, saya sampaikan bahwa meninggal di hari Jumat tidak memiliki keutamaan. Semua hadis tentang keistimewaan meninggal di hari Jumat tidaklah shahih.
Bahkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat senior seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman tidak meninggal di hari Jumat. Lalu, apakah orang yang meninggal di hari Jumat lebih istimewa daripada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat seniornya?
Selain itu, terdapat sebuah hadis shahih yang menceritakan bahwa ada orang yang berjihad di jalan Allah hingga seluruh umat menganggapnya syahid, dikuburkan sebagai syahid, namun pada kenyataannya Allah memasukkan ke dalam neraka (karena ternyata dia berjihad bukan karena Allah, tapi karena ingin dianggap hebat).
Jika Anda meninggal saat berjihad, yang disebutkan memiliki berbagai keutamaan seperti langsung masuk surga tanpa hisab, Anda juga bisa masuk neraka. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang yang cuma meninggal di hari Jumat, yang tidak ada hadis shahih tentang keutamaannya. Sementara mereka adalah orang-orang biasa yang telah menjalani kehidupan yang penuh dosa.
Saya juga baru saja diberi tahu bahwa penjara-penjara Malaysia juga melaksanakan hukuman mati pada hari Jumat. Apakah para penjahat ini mendapatkan hak istimewa karena mereka dipilih untuk mati pada hari Jumat?
Hari ini saya ingin berbagi tentang kematian yang mudah bukan berarti seseorang diterima oleh Allah. Hal ini disebutkan oleh Aisyah RA. Beliau berkata,
“Aku tidak akan merasa iri ketika melihat seseorang mati dengan mudah. Setelah aku melihat beratnya kematian Nabi SAW.”
Tahukah Anda bahwa Nabi SAW sakit selama hampir 13 hari sebelum wafat. Nabi SAW mengalami demam tinggi hingga pingsan berkali-kali dan sangat sakit sehingga beliau tidak dapat pergi ke masjid untuk menjadi imam.
Jadi, kematian yang panjang atau sulit bukanlah tanda bahwa Allah tidak ridha kepada orang tersebut karena Nabi SAW sendiri telah melalui jalan panjang menuju kematian. Apakah Allah tidak ridha kepada Nabi SAW? Nabi Muhammad SAW bahkan bersabda kepada Aisyah RA,
“Wahai Aisyah, aku masih merasakan efek makanan yang kumakan di Khaibar. Inilah saat di mana napasku terputus karena racun.” (HR. al-Bukhari)
Fatimah RA pun melihat betapa sakitnya Nabi Muhammad SAW saat sakaratul maut, maka ia berkata,
“Betapa besar penderitaan ayahku.”
Maka Rasulullah ﷺ pun menjawab, “Tidak ada lagi penderitaan bagi ayahmu setelah hari ini”.
(HR. al-Bukhari)
Jadi, apakah engkau langsung meninggal, apakah engkau sakit terlebih dahulu, apakah engkau meninggal pada hari Minggu, Senin, Jumat, bahkan hari nasional, semua itu tidak berarti apa-apa. Yang penting adalah, ketika engkau hidup, apakah engkau beriman kepada Allah, shalat, tidak menyekutukan-Nya, tidak minum khamar, tidak menerima suap, dan tidak menipu orang. Selebihnya berharap rahmat Allah agar masuk surga. (*)







Komentar