Barang busuk
Saya minta maaf, baru kali ini saya nulis pakai data yang kebanyakan estimasi. Kenapa? Karena sampai detik ini, KCIC, perusahaan yang mengelola Whoosh, tidak sudi merilis laporan keuangannya secara terbuka!
Jadi, saya terpaksa pakai estimasi. Saya gunakan angka-angka yang paling aman.
- Berapa sih penumpang kereta cepat Whoosh itu per hari?
- Rasa-rasanya tidak akan lebih dari 20.000.
- Itu betul, saat long weekend, liburan, bisa menyentuh 25.000, tapi itu tidak setiap hari.
- Di hari-hari sepi, penumpang hanya belasan ribu saja. Gerbong-gerbong kosong sudah biasa. Cek saja aplikasi tiket online.
- Berapa harga tiket? Mari kita gunakan angka Rp300.000.
- Dus, setahun total pendapatannya hanyalah 2,19 triliun.
Lantas berapa utang KCIC?
- Ini misteri.
- Tidak ada yang tahu persisnya.
- Kan laporan keuangannya nggak rilis.
- Maka, saya ambil angka estimasi saja, mungkin sekitar 116 triliun.
- Dengan bunga 2% (efektifnya yakin lebih tinggi dari itu), maka nominal bunga yang harus dibayar KCIC setiap tahun adalah 2,32 triliun.
- Aduh! Tekor dong? pendapatan 2,19 triliun, bayar bunga 2,32 triliun.
- Padahal belum ngitung gaji-gaji karyawan, pegawainya, belum bayar biaya maintenance/pemeliharaan.
- Belum bayar ini itu.
- Memang tekor.
- Tapi tapi tapi kan ada pendapatan non tiket? Iya, ada. Tapi itu sangat sangat tidak signifikan.
Maka, dengan hitung-hitungan ini, kapan Whoosh balik modal? Kapan-kapan.
Inilah realitas Whoosh itu.

Dan yang bikin kesal adalah, duluuu, Jepang datang dengan penawaran bunga 0,1% tahun. Keciiil sekali bunganya. Tapi karena si Jokowi dapat wangsit China! Maka jadilah China deh. Bahkan Jonan (yg tahu soal kereta) ditendang keluar demi proyek ini.
Lantas apa solusinya dong?
Loh, ndak tahu kok tanya saya!
Yang pasti, hanya soal waktu, 280 juta penduduk Indonesia menanggung utang ini.
Jika tidak pakai APBN, maka Danantara yang akan ngasih duit (duit rakyat juga).
Kan nggak mungkin KAI (pemilik perusahaan patungan KCIC dengan China) dibiarkan kolaps gara-gara nanggung utang ini.
Garuda saja ditalangin, masa’ kereta cepat tidak? Gelontorkan puluhan triliun, lagi, lagi, lagi.
Ehem, kata fans Jokowi, IKN itu tuh biar tidak Jawa-sentris lagi. Tapi Jawa (Kereta Cepat) ngabisin duit buanyak.
(Tere Liye)







Komentar