Sungai Aek Nalas, yang sejak lama menjadi urat nadi kehidupan warga di Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara, kini berubah wajah.
Air yang dulu jernih dan menyegarkan, kini keruh, berbau, dan debitnya terus menurun. Sungai yang mengalir dari Dolok Paung hingga ke Aek Napa ini menjadi sumber air minum PDAM dan kebutuhan warga di Kecamatan Sipahutar.
Namun kawasan hutan di hulu Sungai Aek Nalas dialihfungsikan menjadi perkebunan Eukaliptus milik PT. Toba Pulp Lestari (TPL), fungsi ekologis hutan hilang.
Investigasi lapangan menemukan 392,8 hektare hutan tangkapan air berubah menjadi kebun Eukaliptus dan disepanjang sungai terdapat aktivitas perusahaan baru saja melakukan penebangan eukaliptus. Selain itu terdapat juga jejak alat berat membelah sungai Aek Nalas.
“Dulu, saat hutan masih terjaga, air tetap jernih dan kami tidak pernah kekurangan. Sekarang, hutan gundul, karena penebangan yang dilakukan PT. TPL, dan digantikan menjadi tanaman eukaliptus. Begitu hujan turun, air yang datang ke kampung kami ini, langsung berubah lumpur pekat, seperti bubur, tetapi ketika musim kemarau, air menguning dan berbau. Tidak layak untuk dikonsumsi”, ungkap Ompu Deo Simanjuntak (73) warga Desa Sabungan Nihuta IV.
Lebih jauh, penggunaan bahan kimia disekitar areal tanam PT. TPL juga menjadi momok tersendiri. Warga menduga setiap musim penghujan, air membawa sisa herbisida dan pestisida itu langsung ke sungai,
“Kami meminum racun setiap hari,” ujar Oper Simanjuntak, tokoh masyarakat Dusun Sigalagala-Lobunauli.
“Ikan-ikan di sungai ikut hilang, kami menduga ini terjadi karena penggunaan herbisida dan pestisida yang dilakukan perusahaan untuk perawatan tanaman nya langsung di sekitar sungai,” ujar Juandra Simanjuntak, pemuda Sigalagala-Lobunauli.
Dampak lain, penurunan hasil panen diperkirakan mencapai 40 persen dalam lima tahun terakhir karena terserang hama dan menurunnya kesuburan tanah.
“Kami hidup dari kebun, tetapi sekarang air susah didapatkan karena banyak sumber air yang mati, hutan rusak, sungai tercemar. Semua ini saling terkait,” ujar Oper Simanjuntak.







Komentar