

Keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berdarah-darah. Beban berat pembayaran utang plus bunga ke pihak China, ditambah biaya operasional tinggi, membuat perusahaan merugi triliunan.
PT KCIC adalah perusahaan operator Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) alias Whoosh. Praktis, kerugian PT KCIC harus ditanggung empat perusahaan BUMN Indonesia yang terlibat di dalamnya: PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Untuk diketahui saja, 4 BUMN Indonesia membentuk konsorsium perusahaan patungan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PT PSBI ini kemudian menjadi pemegang saham mayoritas di PT KCIC.
Sebagian besar pembiayaan proyek KCJB memang bersumber dari utang dari China Development Bank (CDB). Sementara sisanya ditopang oleh APBN (padahal janjinya tidak pakai APBN sepeserpun), serta penyertaan modal gabungan antara BUMN Indonesia dan perusahaan asal China yang terlibat dalam pembangunan.
Meski PT KCIC tak pernah merilis laporan keuangannya ke publik, kerugian perusahaan patungan BUMN Indonesia dan China ini bisa terlihat dari laporan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai perusahaan induk.
Laba KAI tersedot kerugian Whoosh
Dalam Laporan Keuangan PT KAI per 30 Juni 2025 (unaudited) yang dipublikasikan di situs resminya, PT PSBI sebagai entitas anak usaha KAI sekaligus pemegang saham terbesar di PT KCIC, mencatkan kerugian hingga Rp 4,195 triliun pada 2024.
Kerugian terus berlanjut di tahun ini. Sepanjang Januari-Juli atau semester I-2025, PT PSBI juga merugi sebesar Rp 1,625 triliun.
Sebagai informasi, PT KAI sebagai pemimpin konsorsium, memegang saham terbanyak 58,53 persen di PT PSBI setelah mendapat penugasan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pemegang saham PT PSBI lainnya adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menggenggam saham 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.
Masih mengutip laporan Keuangannya, KAI harus menanggung rugi di PT PSBI sebesar Rp 951,48 miliar atau sesuai dengan porsi jumlah sahamnya di konsorsium BUMN tersebut.
Bahkan pada sepanjang tahun 2024, saat PT PSBI mencatatkan kerugian Rp 4,19 triliun, KAI ikut harus menanggung rugi di anak usahanya itu sebesar Rp 2,24 triliun.
Kinerja PT KAI sebenarnya bagus, tapi karena ada Whoosh akhirnya jeblok
Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Emarini, menilai kinerja PT Kereta Api Indonesia (KAI) sejatinya cukup baik. Namun, ia menyoroti persoalan utang proyek kereta cepat Whoosh yang hingga kini belum terselesaikan.
“Kereta Api (PT KAI) sebenarnya tinggi, bisa laba, tapi karena punya Whoosh jadinya defisit,” ujarnya.
Pernyataan Anggia turut diperkuat oleh anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto. Ia menilai beban keuangan yang ditanggung KAI dalam dua tahun terakhir cukup besar, terutama karena harus menanggung proyek kereta cepat.
“Itu kalau dihitung 2025, itu bisa beban keuangan dan dari kerugian KCIC bisa capai Rp 4 triliun lebih. Dari beban KCIC sendiri sudah Rp 950 miliar, dikalikan dua sudah Rp 4 triliun lebih,” katanya.
Darmadi juga memperkirakan, jika utang tersebut tak segera diselesaikan, maka pada 2026 jumlah utang KAI bisa membengkak hingga Rp 6 triliun.
Bom Waktu Utang Kereta Cepat “Whoosh”, Jumlahnya Tembus Rp 116 Triliun
Utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kian membengkak hingga menembus Rp 116 triliun atau sekitar 7,2 miliar dollar AS. Beban itu membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian.
Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin menegaskan pihaknya tengah menyiapkan langkah untuk membahas utang proyek tersebut bersama Badan Pengelola Investasi Daya Anggara Nusantara (BPI Danantara).
“Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” kata Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).
BOM WAKTU YANG DITANAM DUET JOKOWI-LUHUT ‼️







Komentar