





SUKURI AJA, SELAMA YANG DISUKA MASIH HALAL
✍🏻Ustadzah Wilda Wahab
Seorang teman mengeluh karena suaminya sering banget main game. Ada juga wali santri yang curhat, suaminya tiap minggu mancing di sungai. Ada lagi yang cerita, suaminya suka banget ngoleksi ikan koi. Tiap ada uang, beli lagi, beli lagi, sampai halaman rumah penuh kolam ikan.
Mereka bertanya pada saya, “Ning, pernah ngga ngalamin kayak gitu?”
Saya jawab, “Pernah banget. Bahkan sampai sekarang.” Suami saya kalau sudah asyik dengan hobinya, saya ajak bicara pun jawabnya cuma:
“Ha… Ho… Ha… Ho…” Awal-awal pernikahan, jujur, saya sempat kesal. Kesel banget, rasanya kayak dicuekin, tapi lama-lama saya belajar memahami. Dalam hati : “Suamiku hobinya bagus, bagus banget malah. Dia suka baca.
Wajahnya selalu berbinar kalau sudah tenggelam di antara kitab-kitabnya.” Dan saya sadar, Harusnya aku senang punya suami dengan hobi sepositif itu.
Si ibu menimpali, “Iya, Ning, kalau suami njenengan kan hobinya baca kitab, kalau suami saya kan cuma ngurus ikan koi.”
Saya jawab, “Bu, disyukuri aja. Suami anda masih senangnya sama ikan, coba kalau senangnya sama perempuan?”
Begitu juga saya bilang ke istri yang suaminya suka mancing: “Syukuri, cuma suka mancing ikan, bukan mancing perempuan.”
Kadang kita memang perlu belajar memandang sesuatu dari sisi yang lebih terang. Biar bisa bersyukur, bukan cuma mengeluh. Selama hobinya masih wajar, masih halal, dan tanggung jawabnya sebagai suami tetap dijalankan
ya wajar saja kalau dia punya dunia lain selain kita, karena yang bahaya itu bukan suami yang hobi mancing, bukan yang suka ngurus ikan,
bukan yang betah baca kitab atau main game sesekali, tapi suami yang hobinya main judi, main taruhan, apalagi main perempuan. Itu baru pantas dikeluhkan. Bukan karena cemburu,
tapi karena dari situlah kebahagiaan dan keberkahan dalam rumah tangga bisa runtuh pelan-pelan.
Ingat, Laki-laki juga butuh “Me time”
(sumber: fb)







Komentar