HANZALA TÜRKI, seorang pemuda Turki berdarah Turkmen dari kota Adana (kota metropolitan besar yang terletak di Turki selatan), berangkat ke Suriah saat usianya baru 15 tahun untuk bergabung dengan paasukan mujahidin Haiah Tahririsy Syam (HTS Pimpinan Ahmad Al-Sharaa/Jaulani).
HANZALA gugur setahun yang lalu, pada 27 November 2024, di hari pertama operasi besar yang dikenal dengan nama Rad’ul ‘Udwan/Menangkal Agresi — serangan kilat yang akhirnya mengakhiri kekuasaan Bashar al-Assad hanya dalam hitungan hari.

Kisahnya dalam berhijrah dan berjihad di bumi Suriah sangat menyentuh. Ia bermimpi bertemu pamannya yang sudah syahid lebih dulu. Dalam mimpi itu, sang paman memanggilnya. Sejak saat itu, HANZALA tak lagi bisa diam di rumah. Ia menulis di catatan kecilnya:
“Berpisah dengan dunia ini memang berat, tapi inilah tempat yang paling tepat untukku (Suriah). Di sini aku merasa benar-benar hidup.”
Secara diam-diam ia menyeberang ke dalam Suriah melalui perbatasan Turki-Suriah. Sampai di Idlib, lalu bergabung dengan kelompok pejuang HTS dan ikut pelatihan yang berat. Karena keuletannya, dengan cepat ia ditempatkan di unit elit pasukan penyerbu (inghimasi) yang selalu jadi ujung tombak dalam pertempuran jarak dekat.
Tanggal 27 November 2024, ketika serangan besar dimulai di pedesaan Aleppo barat, HANZALA yang baru berusia 17 tahun berada di barisan terdepan bersama 1.100 penyerbu lainnya. Mereka berhasil menerobos benteng-benteng pertahanan rezim, menghancurkan pos-pos dan tank-tank. Di tengah pertempuran sengit itu, peluru menembus tubuhnya. Ia gugur di tempat, di hari pertama pertempuran yang membuka jalan menuju kemenangan besar.
Sebelum ia berangkat ke medan pertempuran, ia menyempatkan diri menulis wasiat di secarik kertas dengan bahasa Turki.

Berikut terjemahannya:
“Bertaubatlah kepada Allah. Demi Allah, beberapa hari sebelumnya aku sudah merasa bahwa aku akan meninggalkan dunia ini. Kalian pun besok atau lusa juga akan meninggalkannya. Inilah dunia, dan apa yang ada sesudahnya adalah bagian dari ketetapan Allah.
Jika Allah masih memberiku umur sehari lagi, maka setelah itu (insya Allah) aku akan menjalani kehidupan yang abadi.
Alhamdulillah, aku akan pergi.
Ketenteraman sedang menungguku. Semoga kalian berada dalam lindungan Allah. Semoga Allah memberikan kalian kesabaran. Masuklah ke dalam dakwah ini, dan semoga Allah menjadikan kalian
orang-orang yang bersungguh-sungguh di dalamnya.
Aamiin.
Assalamu’alaikum warahmatullah.
“Meninggalkan dunia itu sulit. Tapi meninggalkan surga itu jauh lebih sulit.
Dan untuk menempatkan surga adalah dengan cara meninggalkan dunia ini.”
***
Semoga Allah merahmati dan menerimanya dalam barisan syuhada.
(Ihsanul Faruqi)






Komentar