Hamas merespon secara cerdas rencana Trump

  • Hamas merespon secara cerdas rencana Trump…Trump merespon balik secara potistif dan meminta Israel menghentikan serangan..
  • Setanyahu dibikin pusing..awalnya ingin menjepit hamas dan mengasingkannya dari peta politik dunia..sekarang ia malah terjepit dan semakin terkucil dari masyarakat dunia…Rezim setanyahu sangat kecewa, menganggap Trump menjualnya dengan nobel perdamaian..
  • Hamas mampu membaca titik lemah hubungan Setanyahu dan Trump.. kemudian mengalihkan api konflik gaza-tel aviv dengan menyulutkan api ketegangan Washington – Tel aviv..

Analisis Pernyataan Hamas atas Rencana Trump Menghentikan Perang di Gaza

Oleh: Adham Abu Salmiya (Jubir Media untuk Komite Kedaruratan Palestina)

Pernyataan resmi Hamas terkait rencana Donald Trump untuk menghentikan perang di Gaza perlu dibaca sebagai bagian dari dinamika politik Palestina kontemporer. Bukan sekadar reaksi spontan, tetapi sebuah sikap politik yang lahir dari konsultasi internal yang luas, koordinasi dengan faksi-faksi perlawanan, serta komunikasi dengan mediator regional maupun internasional. Hamas ingin menampilkan dirinya sebagai representasi konsensus nasional, bukan pemain tunggal.

  1. Pendekatan Politik yang Rasional

Hamas tidak menempatkan rencana Trump dalam kerangka “ya” atau “tidak” secara kaku. Sebaliknya, mereka memperlakukan dokumen tersebut sebagai bahan negosiasi: ada hal-hal yang bisa dimanfaatkan (penghentian perang, penarikan pasukan israel, masuknya bantuan, penolakan pengusiran), sementara isu-isu strategis yang menyangkut hak-hak nasional diletakkan pada ranah konsensus Palestina. Sikap ini mencerminkan kalkulasi politik yang matang: menolak jebakan diplomasi, tapi tetap membuka ruang untuk manuver.

  1. Sinkron dengan Suara Publik Palestina

Respons Hamas sejalan dengan suasana umum di kalangan elite intelektual dan aktivis Palestina yang menuntut sikap cerdas: tidak menerima secara membabi buta, tapi juga tidak menolak secara emosional. Bahasa yang digunakan, tenang, diplomatis, dan penuh kalkulasi, menunjukkan kesadaran bahwa pertempuran saat ini bukan hanya militer, tetapi juga politik dan opini publik global.

  1. Garis Merah yang Tegas

Meski fleksibel, Hamas menegaskan empat garis merah yang tidak bisa diganggu gugat:

  • Pelucutan senjata perlawanan tidak akan pernah diterima, karena senjata dianggap instrumen sah perjuangan hingga penjajahan berakhir.
  • Kehadiran pasukan internasional atau kekuasaan asing di Gaza ditolak total, karena bertentangan dengan kedaulatan rakyat Palestina.
  • Segala bentuk pemerintahan asing, langsung maupun tidak langsung dianggap bertentangan dengan hak menentukan nasib sendiri.
  • Labelisasi “terorisme” terhadap perlawanan ditolak, karena bertentangan dengan hukum internasional yang mengakui hak bangsa terjajah untuk melawan.
  1. Membaca Konteks Regional dan Internasional

Hamas tidak berdiri sendiri. Pernyataannya mengutip sikap sejumlah negara yang hadir di Washington: Pakistan menyebut usulan Trump tidak sesuai dengan draf pertemuan; Qatar dan Mesir pun menyatakan keberatan pada beberapa poin. Artinya, Hamas ingin memposisikan diri sebagai bagian dari arus penolakan yang lebih luas, sekaligus menunjukkan bahwa rencana AS tidak mendapat legitimasi penuh bahkan dari sekutunya.

  1. Inti Pesan: Hentikan Agresi, Jaga Hak-Hak

Benang merah dari pernyataan Hamas jelas: prioritas utama adalah menghentikan agresi israel dan bencana kemanusiaan, dengan tetap menjaga hak-hak nasional Palestina. Rumusannya sederhana: apa yang menguatkan rakyat akan disambut, apa yang melemahkan hak-hak dasar akan ditolak.

  1. Penegasan Prinsip Nasional

Hamas kembali menegaskan bahwa Gaza adalah bagian tak terpisahkan dari Palestina, pengelolaannya harus sepenuhnya oleh rakyat Palestina, dan pengorbanan rakyat tidak boleh diarahkan untuk menutup perjuangan, melainkan untuk memastikannya berakhir dengan kemerdekaan.

Kesimpulan:

  1. Pernyataan Hamas ini adalah langkah politik yang cerdas
  2. Fleksibel pada hal-hal yang bersifat kemanusiaan
  3. Keras pada isu-isu prinsipil.

Diplomatis dalam bahasa dan framing, menampilkan Hamas bukan sekadar kelompok bersenjata, tetapi aktor politik yang bertanggung jawab.

Dengan demikian, Hamas mengirimkan pesan ganda: mereka tidak akan menggadaikan hak-hak dasar Palestina, namun juga tidak akan membiarkan rakyatnya mati tanpa horizon politik. Inilah wajah baru Hamas, pejuang perlawanan, tapi rasional; keras dalam prinsip, tapi lentur dalam diplomasi.

Komentar