TAHU TIDAK?
1. Nilai proyek MBG itu 300 triliun per tahun. Dengan target 80 juta penerima. Artinya apa? 1 penerima dapat jatah 3,75 juta per orang.
2. Jika 1 emak punya 1 anak, dapat segitu. Jika 1 emak ada 2 anak, tinggal kali 2.
3. Tapi tapi tapi kan nanti pemberdayaan masyarakatnya tidak jalan, lapangan kerja tidak muncul, pedagang, petani, peternak, dll tidak jalan bisnisnya. Nggak juga, tetap bisa jalan. Memang dikira emak-emak itu kalau masak sendiri tdk beli bahan pangan?
4. Atau, kamu transfer saja duitnya ke sekolah. Suruh mereka emak-emak bikin dapur sekolah, kantin sekolah.
5. Tapi tapi tapi, kan tetap bisa dikorupsi? Diembat komitenya? Diembat emak-emaknya? Memang. Tapi kan kata kamu minimal tidak dikorup sama pejabat toh? Biarkan emak-emak di level kampung-kampung, gang-gang yg ribut soal duit MBG ini. Saling awasi, cerewet.
6. Konsep MBG hari ini yg jalan sungguh bedaa sekali dgn konsep-konseo di Luar Negeri, juga saran-saran orang yg berpengalaman. MBG hari ini tuh proyek. Dapur-dapur dibangun dengan target: UNTUNG. Jangan membual-lah. Siapapun yg bikin dapur MBG, nyari untung. Dan kamu juga bilang sendiri, “kan boleh mereka untung, mereka sudah kerja keras.”. Saat begini pola pikirnya, maka begitulah, kualitas makanan, bahan baku, gizi, dll bodo amat.
7. Tapi tapi tapi, jika dikasih ke dapur sekolah memangnya mereka tdk nyari untung? Masih. Kan kamu sendiri yg bilang, “mereka boleh untunglah.” Tapi ada yg beda dapur SPPG vs Dapur Sekolah. Segila-gilanya dapur sekolah nyari untung, mereka dibatasi oleh sistem.
8. Apa sistem yg membatasinya? Kan nggak mungkin 1 orang punya 100 dapur jika MBG ini dijalankan oleh emak-emak di masing-masing sekolah. Kecuali emak-emak itu punya anak 100, dan anaknya sekolah di 100 sekolah. Lebih merata toh jadinya?
Pada akhirnya, ribut-ribut soal MBG ini cuapek. Mirip banget dengan debat Kartu Pra Kerja, proyek-proyek lain sebelumnya.
Kamu cuma dapat seupil. Mereka di atas sana, bancakan duit 300 triliun. Politisi itu pintar sekali. Mereka membuat program seolah mulia, tapi itu ‘jalan keluar’ bagi teman-temannya, kelompok-kelompoknya, keluarga-keluarganya, biar dapat duit dari negara.
(Tere Liye)







Komentar