Kemiskinan bukan hanya sekadar kekurangan harta, tetapi juga bisa berarti kesempitan hati dan hilangnya keberkahan dalam hidup. Islam mengajarkan agar setiap muslim tidak hanya berusaha dengan bekerja keras, tetapi juga memohon perlindungan Allah dari kefakiran dan kesusahan hidup. Nabi Muhammad ﷺ sendiri sering berdoa agar dijauhkan dari kefakiran, karena kefakiran bisa mendekatkan seseorang pada kekufuran apabila tidak disertai kesabaran.
Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma innī a‘ūdzu bika minal-kufri wal-faqri, Allāhumma innī a‘ūdzu bika min ‘adzābil-qabri, lā ilāha illā anta.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tiada Tuhan selain Engkau.” (HR. Abu Dawud)
Doa ini mencerminkan betapa berbahayanya kefakiran, sehingga Nabi ﷺ menyandingkannya dengan kekafiran. Bagi seorang muslim, doa ini tidak hanya dimaknai sebagai permohonan dijauhkan dari kesulitan ekonomi, melainkan juga sebagai bentuk ikhtiar menjaga keteguhan iman.
Selain doa di atas, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak istighfar, bersedekah walau sedikit, dan memperkuat tawakal setelah berusaha. Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan bahwa siapa yang bertakwa akan diberikan jalan keluar dari kesempitan dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Maka, doa agar terhindar dari kemiskinan seyogianya diiringi dengan kerja keras, hidup sederhana, dan sikap dermawan. Dengan begitu, harta yang ada menjadi berkah, dan hati pun lapang dalam menjalani kehidupan.







Komentar