Hari Senin, 1 Desember 2025. Langit Aceh Tenggara masih menggantungkan sisa mendung setelah banjir bandang meluluhlantakkan permukiman warga. Sungai meluap, rumah-rumah porak-poranda, dan ribuan orang terpaksa mengungsi. Di tengah kepanikan dan lumpur yang masih menggenang, iring-iringan kendaraan hitam tiba, membawa sosok yang belakangan jadi pusat perhatian negeri: Presiden Prabowo Subianto.
Kedatangannya terkesan sigap. Turun dari mobil, Prabowo menyalami warga dan menatap hamparan lumpur yang menyembunyikan kisah kehilangan. Namun alih-alih disambut dengan narasi kebencanaan dan laporan kerusakan, panggung tiba-tiba bergeser. Bupati Aceh Tenggara, Salim Fakhry, berdiri tegak dengan mikrofon yang disetel cukup keras untuk mengalahkan suara generator dan teriakan anak-anak di tenda pengungsian.
Ucapan yang keluar terdengar tidak biasa. Bukan soal penanganan bencana, bukan soal kebutuhan logistik, bukan pula permintaan percepatan bantuan. Netizen yang menonton cuplikan videonya merasa alis mereka terangkat: sang bupati justru menyanjung presiden dengan nada begitu berbunga, seolah panggung pengungsian berubah menjadi mimbar kampanye. Kalimat yang kemudian muncul dari mulutnya membuat publik terdiam, lalu gaduh: ia berharap Prabowo menjadi presiden seumur hidup.
Komentar publik pun pecah. “Serius di momen begini ngomong begitu?” begitu bunyi salah satu komentar di sebuah postingan video yang viral. Di tengah warga yang kehilangan rumah, pernyataan itu dirasa seperti keliru tempat dan keliru timing. Alih-alih menunjukkan kepanikan atau marah, Prabowo memberi respons yang tak kalah menarik. Dengan senyum tipis, ia mengangkat tangan, melambai kecil, seolah memberi isyarat penolakan halus: tidak, tidak begitu.
Adegan itu singkat, tapi cukup untuk mengisi linimasa sepanjang hari. Sementara warga terus sibuk membersihkan lumpur, percakapan publik meluas: tentang pemimpin, tentang pujian yang berlebihan, dan tentang sensitivitas di tengah bencana. Sebuah tragedi alam berubah menjadi drama politik yang tak sengaja dibuat panggungnya dan tak semua penonton merasa nyaman.







Komentar