
✍🏻Hans Midas Simanjuntak
Copot dulu dua orang ini (bawah, foto); dilengserin, ganti dengan orang yang netral (independen) bukan loyalis abis & ‘mati’ terhadap Jokowi pro Oligarki kekuasaan merusak,
maka baru deh akan terbuka pastinya, terbongkar jelas seluruh tabir kedok topeng kepalsuan keabsahan ijazah Jokowi gimana.
Kalo gak dilengserin dua orang ini, terus aja muter² kasus ini mbulet.
Keduanya kan selama ini sebagai gatekeeper di kasus ijazah Jokowi. Andalan Jokowi lah teranggap sebagai pemegang kunci sekaligus bottleneck point sehingga kasus ini bertaun taun ngak terlalu mudah buat total dijebol.
Baidewe jika pun ijazah Jokowi emang terbukti palsu –setelah kedua orang ini bisa turun (tercopot), ya tentu ngak akanlah dapat membuat chaos (kacau balau) Negeri ini; ngak akan juga memperpanjang kasus ini sampai kiamat.
Dalil, yurispredensinya apa? Ada gak?
Begitu juga kalo ternyata benar Jokowi emang seorang insinyur sarjana kehutanan (mungkin punya gelar dobel juga satunya lagi doktorandus bidang ekonomi atau sosial), ya selesai kan.
Ngak ada yang terlalu istimewa juga kog dari kedua figur ini (Ova, Praktikno) –bersama dengan Jokowi alias Mul juga; apalagi jika ketiganya emang udah jadi mantan aka rakyat warga negara lokal biasa (setelah dua orang ini copot turun atau dilengserin tentunya).
Kenapa keduanya perlu diturunin? Pertama Ova, karena ybs masih duduki kursi rektor UGM kan sampai sekarang –masih sampai 2027 (mulai 2022 menjabat) padahal udah jelas afiliasi ybs pemihakannya total ke Jokowi, ngak netral sebagai insan kampus; ngak bisa independen ngak mau juga transparan akuntabel ke publik sesuai aturan UU KIP dan proses hasil² persidangan Majelis KIP.
Kedua, Pratikno. Ybs di UGM ambil rangkap jabatan (di samping jadi Menteri udah 11 taun) sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM –organ di UGM yang punya kewenangan besar strategis. Pratikno menjabat Ketua MWA udah sejak 9 tahun yl (2016) sampai sekarang. Ngak diganti ganti. Infonya baru 2026 akan ada pemilihan lagi.
***
Banyak kasus dulu yang dianggap besar di Indonesia/di dunia, nyatanya ngak buat chaos (kacau) Negeri, masalahnya ngak terus diperpanjang sampai kiamat.
Kasus presiden Gus Dur (2000-2001) bruneigate buloggate, kasus skandal ketua DPR Setyo Novanto papa minta saham (2015) lalu Ferdi Sambo Kabareskrim polisi tembak polisi (2022) pada berakhir tuh tanpa diperpanjang panjang tanpa chaotic.
Ingat kasus presiden Bill Clinton Lewinsky affair (1998-1999) lalu presiden Richard Nixon skandal watergate (1972-1974) keduanya di Amerika, berakhir tak dipanjang panjangin, negeri juga ngak kacau.
Di Korsel, mantan presiden Park Geun Hye di kasus Choi Soon Sil (2016-2017) prosesnya tak berlarut tanpa ujung tuh, selesai tanpa kacau balau.
Itu kan bisak-bisaknya pengacara sama skondan politiknya Jokowi aja lakukan fear-mongering atau scare tactics (teknik teroring psikologi publik, politik nakut-nakutin, agenda alarm politik) mau dijadiin alasan. Strategi lumayan jadul juga sih telisik saya yang beginian.
(fb)







Komentar