BGN: Anak yang membagikan temuan buruk di menu MBG mencerminkan karakter yang kurang baik

Dewan Pakar Badan Gizi Nasional, Ikeu Tanziha, mempertanyakan apa keuntungan bagi murid yang mengunggah masalah di menu makan bergizi gratis (MBG) di media sosial. Menurut dia, tidak ada keuntungan yang akan diambil dari murid jika mengadukan masalah ke media sosial.

“Seperti tadi contoh ada belatung di menu MBG, apa untungnya buat anak?” ujar dia dalam diskusi soal MBG di Ruang Belajar Alex Tilaar, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2025), dilansir TEMPO.

Menurut dia, anak yang membagikan temuan buruk di menu MBG justru malah mencerminkan karakter yang kurang baik. “Kami takutnya, itu malah membentuk jiwa tidak bersyukur dari anak-anak,” kata dia.

[Video siswa membagikan menu MBG yang ada belatungnya]

Apabila siswa menemukan masalah di menu MBG, Ikeu berharap mereka bisa segera melaporkan atau mengadukan hal tersebut kepada guru di sekolah. Setelah melapor kepada guru, akan ada solusi yang diberikan.

“Misalnya soal ditemukan belatung tadi. Bilang ke guru. Nanti akhirnya ada solusi, oh diganti dengan yang ini. Sudah beres. Karena hanya satu yang ada belatungnya, kenapa mesti di-posting?” tutur Ikeu.

Dia berharap seluruh murid, wali murid, maupun masyarakat yang menemukan masalah terkait MBG, dapat mengadukan langsung kepada pemerintah.

Ikeu mengatakan, saat ini pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah membuat sistem pengaduan agar masyarakat dapat mengadukan langsung kepada pemerintah.

“Siapa pun nanti yang punya pulsa, tidak punya pulsa, bisa menelepon dan mengadukan. Kalau saat ini memang masih berbayar. Tapi sedang dibuat bagaimana orang yang menelepon itu nanti tagihannya masuk ke BGN,” kata Ikeu.

Pernyataan Ikeu itu merespons pandangan dari Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri. Iman mengatakan banyak murid, guru, bahkan kepala sekolah merasa tertekan atau tak mampu menyuarakan kegelisahan mereka perihal masalah MBG.

“Banyak anak takut untuk posting. Anak muridnya ditekan guru, guru ditekan sekolah. Sekolah mungkin ditekan oleh dinas pendidikan. Nah, dinas pendidikan tidak tahu saya siapa yang menekan,” ujarnya.

Sumber: TEMPO

Komentar