BENARKAH “MAFIA MIGAS” RIZA CHALID DALANG DEMO RUSUH? APA HUBUNGANNYA DENGAN HASHIM ADIK PRABOWO?

Oleh: Agustinus Edy Kristianto

Saya ingin melanjutkan pembahasan tentang tudingan mafia migas Riza Chalid di balik aksi massa yang disebut oleh Presiden mengarah pada makar dan terorisme.

Sebutan "mafia migas" Riza Chalid terang-terangan disebut dalam unggahan Instagram 3 Menteri Kabinet Merah Putih bertajuk “Dear Mr. President”:

  1. Menko Pangan Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN)
  2. Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan
  3. Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala BP2MI Abdul Kadir Karding.

Hanya saja, Zulhas mencopot unggahan itu dari akunnya beberapa waktu setelah tayang—entah apa alasannya.

Curhat Presiden tentang “mafia-mafia yang lumayan kuat dan banyak” pun diungkap oleh ajudan Presiden, Agung Surahman, melalui TikTok.

Banyak juga narasi yang menyebut bahwa Riza Chalid adalah pengusaha kesayangan Mulyono.

Saya meyakini kesombongan pejabat, ketidakadilan/kecemburuan sosial, dan kesenjangan ekonomi adalah perkara penting yang melatarbelakangi kemarahan masyarakat yang menuntut perbaikan keadaan. Namun, tudingan mafia yang membiayai demonstrasi ini juga tak boleh disepelekan, apalagi telah banyak jatuh korban—termasuk nyawa melayang.

Definisi “mafia” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal). Hukum Indonesia (KUHP) mengartikan delik makar (aanslag) sebagai kejahatan serius terhadap keamanan negara atau kepala negara.

Delik ini dibedakan dari kejahatan biasa karena adanya niat (voornemen) yang ditunjukkan melalui permulaan pelaksanaan (begin van uitvoering). Bahkan, percobaan (poging) dari makar sudah bisa dihukum. Ancaman hukuman makar bisa berupa hukuman mati atau seumur hidup.

Makar yang dimaksud Presiden mengarah ke mana? Makar dengan maksud menggulingkan Presiden/Wakil Presiden atau membuat mereka tidak dapat menjalankan tugas (Pasal 104); makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah (Pasal 107); makar dengan maksud mengubah bentuk negara (Pasal 110).

Saya menganggap tudingan mafia migas Riza Chalid di balik demonstrasi sangat-sangat serius.

Dua hal perlu ditunggu:

  1. Si mafia ditangkap dan dibuktikan kesalahan makarnya di pengadilan;
  2. Siapa yang akan ‘menggantikan’ mafia itu dalam hal pengendalian bisnis migas nasional berskala triliunan rupiah.

Saya melihat ada pola yang mirip dengan yang terjadi di Madagaskar.

Asia Times pada 2021 memberitakan seorang pengusaha Indonesia, Albert Njoo, diduga mendanai percobaan kudeta dan pembunuhan terhadap Presiden Madagaskar Andry Rajoelina yang dilatarbelakangi kepentingan Njoo untuk melindungi kepemilikan saham di perusahaan minyak di Samudera Hindia. Ditulis pula bahwa Benchmark Group, perusahaan Njoo, menerima email dari Paul Rafanoharana, pemimpin kudeta, yang meminta dana untuk “destabilisasi politik”. Berita Asia Times itu sudah dibantah pengacara Njoo.

Saya memeriksa situs MarketScreener untuk melihat siapa koneksi personal Al Njoo (Kok Kiong Al Njoo) itu dan ditemukanlah salah satunya nama Hashim S. Djojohadikusumo, yang kita tahu adalah adik Presiden. Njoo dan Hashim tertulis sudah berkolaborasi selama 19 tahun. Entitas bisnis yang menghubungkan keduanya adalah Nations Petroleum Co. Ltd..

Terdapat dokumen Formulir D yang diajukan ke United States Securities and Exchanges Commission (SEC) yang menyebutkan Hashim dan Njoo adalah pemilik manfaat (Beneficial Owner) Nations Petroleum.

Singkatnya, Benchmark Group adalah grup investasi yang didirikan Njoo dan merupakan salah satu pendiri Nations Petroleum. Mereka memiliki proyek energi dan migas di Kazakhstan, Azerbaijan, dan California (AS) yang dijalankan oleh Nations Energy/Petroleum yang berbasis di Calgary, Kanada. Selain itu, Benchmark Group adalah pemegang saham mayoritas di Madagascar Oil.

Jejak bisnis Njoo di Indonesia cukup panjang: dahulu pemilik Bank Papan Sejahtera (yang dibeli Hashim juga), direktur PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (Hashim pernah menjabat komisaris utama), dan perusahaan lain seperti PT Tirtamas Majutama, Give2Asia, dan RS Sumber Waras.

👉Apakah narasi mafia migas di balik pembiayaan demonstrasi adalah ‘pemanasan’ yang melatarbelakangi tujuan pergantian pengendali migas nasional dari tangan Riza Chalid dkk ke Hashim & Njoo, saya tidak bisa memastikan—tak pula hendak menuding. Anda bisa tafsirkan dan tarik kesimpulan sendiri dari fakta-fakta yang saya beberkan di atas.

Cuma saya ingin katakan, sengketa dan persaingan bisnis adalah hal lumrah, tetapi sepatutnya jangan memanfaatkan amuk massa untuk mencapai tujuan—termasuk tujuan cari muka sejumlah menteri kepada Presiden agar tak didepak. Pergantian pemain bisnis seiring dengan perubahan kepemimpinan politik biasa terjadi di mana pun juga.

Namun ingat, harga kerusuhan sosial itu sangat mahal, uang sebanyak apa pun tak bisa menggantikan nyawa Affan dkk yang tewas itu.

Salam,
AEK.

Komentar