Beginikah Cara Pohon Bertasbih Kepada Allah?

Di sebuah senja yang teduh, aku menapaki hutan di wilayah Isère, Prancis. Angin berhembus lembut menyentuh dedaunan, sementara cahaya matahari menyelinap di antara ranting seolah menaburkan ketenangan di setiap langkahku. Hutan itu terasa seperti taman yang dijaga malaikat, sunyi namun penuh kehidupan yang tak terlihat.

Perjalananku terhenti saat sebuah kolam besar tampak di tengah pepohonan. Airnya begitu jernih, memantulkan langit dan rona cokelat dedaunan musim gugur. Di tengah kolam itu, berdiri pohon-pohon tinggi yang batangnya muncul dari dalam air. Mereka dikenal sebagai bald cypresses. Kokoh, tua, dan seolah menjadi penjaga zaman.

Noted: Gunakan Headset untuk suara lebih jernih

Aku mendekat lebih jauh dan tiba-tiba terdengar suara samar, seperti kayu yang berderit pelan. Creeeak… creeaak. Awalnya aku mengira itu hanya suara angin atau ranting patah, tetapi semakin kuperhatikan, suara itu berulang terus menerus, teratur seperti alunan yang memiliki ritme sendiri.

Dengan alat rekam yang kubawa, aku menempelkan mikrofon pada batangnya. Satu mikrofon menempel pada kayu, satu lagi kutenggelamkan ke dalam air di sekitarnya. Saat itulah aku benar-benar mendengar suara kehidupan dari dalam tubuh pohon. Suara gesekan, detak yang pelan, dan gerakan lembut yang terjadi setiap kali angin menyentuhnya.

Pada saat itu hatiku bergetar. Aku teringat pada firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka.”
(QS. Al Isra 44)

Mungkin inilah tasbih pohon itu. Suara yang tidak dimengerti manusia tetapi terdengar oleh Tuhan Pencipta alam semesta. Pohon yang tampak diam sesungguhnya tidak pernah berhenti bergerak. Akar yang menghisap air, batang yang menahan angin, daun yang menari mengikuti perintah-Nya. Semua tunduk tanpa ragu.

Aku juga teringat sebuah hadis yang begitu menguatkan renungan ini. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda bahwa ada sebuah batu di Makkah yang memberi salam kepada beliau bahkan sebelum beliau diangkat sebagai Nabi. Jika batu pun mampu mengenali dan memuliakan utusan Allah, bagaimana mungkin pohon yang hidup dan tumbuh tidak melakukannya?

Di tepi kolam itu aku berdiri dengan rasa takjub. Alam ternyata tidak bisu seperti yang sering kita kira. Mereka bertasbih, mereka patuh, mereka bergerak sesuai ketetapan-Nya. Sedangkan manusia sering lalai dari mengingat Penciptanya padahal diberi akal, lisan, serta hati.

Kini aku memandang pohon-pohon itu bukan sekadar kayu dan daun. Mereka adalah makhluk Allah yang taat, yang mungkin sedang mengajarkan manusia satu hal sederhana:
Bahwa setiap makhluk memiliki cara sendiri dalam menyembah Tuhannya.

Dan mungkin suara derit kayu yang kudengar hari itu sejatinya adalah tasbih yang tak pernah berhenti, memuji Allah dengan cara yang tidak mampu kita ucapkan.

Komentar