Andai “Food Estate” Dianggap Sebagai Kejahatan Lingkungan

Andai proyek food estate benar-benar dianggap sebagai kejahatan lingkungan, maka gambaran skenarionya bisa terlihat seperti sebuah drama besar yang sudah disusun rapi.

Bayangkan jutaan hektar hutan dibabat habis dengan dalih meningkatkan produksi pangan nasional. Padahal, di balik layar, kayu-kayu hasil penebangan itu lebih dulu dijual untuk meraup keuntungan cepat.

Setelah itu, anggaran besar yang seharusnya digunakan untuk membangun sistem pertanian/perkebunan modern justru tidak semuanya direalisasikan.

Lahan sudah rusak, uang tidak jelas arahnya, dan hasilnya jauh dari harapan.

Lalu, ketika musim hujan tiba, alam menagih balas. Tanah yang kehilangan penyangga alami mudah longsor.

Air meluncur deras tanpa hambatan, berubah menjadi banjir bandang yang menghantam permukiman warga. Kerugian dialami rakyat kecil yang tidak pernah dilibatkan dalam keputusan besar ini.

Namun yang paling pahit adalah ketika para pengusaha dan pemegang proyek berjalan bebas tanpa proses hukum. Mereka seolah tak tersentuh, meski jejak kerusakan terbentang jelas.

Andai food estate dianggap kejahatan lingkungan, maka persoalannya tidak hanya soal rusaknya hutan, tapi juga soal betapa mudahnya kekuasaan dan kepentingan melenggang sambil meninggalkan bencana bagi orang banyak.

(Radic Kilimanjaro)

Komentar