āš»Ismail Amin
AS tidak berani mengusik Saddam di usia mudanya, tidak juga berani menyentuh Qadafi⦠AS cukup bersabar menunggu keduanya memasuki usia senja untuk kemudian melakukan operasi militer menjatuhkan keduanya, itu juga setelah memastikan kekuasaan keduanya telah digerogoti pengkhianatan internasl dan kelelahan mental rakyat berkonfrontasi dengan AS.
Hal sama semestinya juga berlaku atas Iran⦠AS cukup bersabar sampai akhirnya Khamenei sudah memasuki usia senjaā¦. hadirlah Trump yang bergaya koboy merasa yakin bisa menaklukkan Iran⦠dirancanglah operasi militer melalui Israelā¦. Israel menyerang mendadak dengan menarget para petinggi militer, strategi sama yang dulu dipakai saat membuat Mesir, Suriah dan Yordania takluk dalam perang enam hariā¦. Namun Iran berbeda, meski sejumlah perwira tinggi militernya terbunuh, namun transisi kepemimpinan berjalan dengan sangat cepat, seperti memang sudah dalam skenario yang penuh perhitungan, Iran melakukan serangan balasan yang jauh lebih tidak terduga, Tel Aviv porak poranda⦠perang berlangsung sudah lebih enam hari, sampai hari kedua belas Iran juga tidak tampak kehabisan roket yang masih terus ditembakkan menembus pertahanan udara Israel⦠dunia hanya terperangah⦠sampai akhirnya AS turun tangan sendiriā¦.
Perang berakhir dalam 12 hari, tanpa AS dan Israel bisa mengklaim kemenangan mutlak⦠Iran masih tegar berdiri. Ayatullah Khamanei masih tetap segar bugar dan dengan senyum hangatnya tetap menghadiri acara-acara pertemuan secara terbuka dan demonstratif.
Meski memasuki usia senja (86 tahun), Khamanei justru jauh lebih gagah.
Menyikapi kegagalan AS, Ayatullah Khamenei berseloroh, “Amerika selalu salah dalam menilai Iranā¦.”







Komentar