Ahmad Ali Wajah Baru Politik Jokowi
Oleh: Erizal
Agak mengejutkan juga Ahmad Ali, politikus Partai NasDem tiba-tiba saja ditunjuk sebagai Ketua Harian Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bukan sekadar perpindahan Ahmad Ali dari Partai NasDem ke PSI itu yang mengejutkan, tapi sosok Ahmad Ali itu sendiri.
Pertama, secara usia Ahmad Ali jauh lebih tua dibandingkan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum. Biasanya posisi Ketua Harian itu diberikan kepada orang yang muda ketimbang Ketua Umum.
Di PSI kok jadi terbalik? Mungkin karena Ketua Umumnya terlalu muda dan mentah, sehingga diberikan kepada yang lebih tua dan matang, yakni Ahmad Ali. Mungkin.
Penunjukan Ahmad Ali sebagai Ketua Harian PSI otomatis menghapus citra PSI sebagai partai anak muda. Padahal Ketua Umumnya Kaesang Pangarep adalah ketua umum termuda di antara semua partai, baik yang ada di DPR maupun di luar DPR.
Tahun ini Kaesang baru berusia 30 tahun. Dua kali lipat atau bahkan hampir tiga kali lipat, dibandingkan ketua umum partai lainnya. Citra partai anak muda, terbukti tak banyak menolong suara PSI.
Mungkin karena itu PSI tak ragu-ragu menunjuk Ahmad Ali sebagai Ketua Hariannya yang usianya lebih tua daripada Kaesang. Justru itulah yang dibutuhkan PSI saat ini.
Memang bukan sesuatu yang aneh politisi kita melompat-lompat dari satu partai ke partai lainnya. Diksi melompat-lompat dipakai karena memang melompatnya tak sekali dua kali, bahkan bisa tiga kali atau lebih
Pindah partai politik bukanlah seperti pindah agama, tapi hanya seperti gonta-ganti baju saja. Satu sisi bagus juga, sisi lain sungguh tak bagus. Tak ada idealisme. Tapi partai itu sendiri yang tak ada ideologi alias sama saja, lalu apa boleh buat?
Tapi Ahmad Ali itu sebelumnya pendukung Anies Baswedan dan kalah, kok bisa ia jadi Ketua Harian di PSI, pendukung Prabowo yang menang? Ini yang kedua.
Ada dua kemungkinan Ahmad Ali yang merupakan pendukung Anies dan petinggi Partai NasDem ditunjuk sebagai Ketua Harian PSI, yang merupakan pendukung Prabowo.
Pertama, Ahmad Ali ditunjuk sebagai Ketua Harian PSI adalah seperti kembali ke rumah sendiri. Anggapan bahwa Partai NasDem titipan Jokowi buat Anies agar Anies tak bisa menang melawan Prabowo yang didukung Jokowi mungkin ada benarnya. Ahmad Ali operator yang paling lihai menahan laju pertumbuhan suara Anies.
Kedua, penunjukan Ahmad Ali tanda perubahan arah politik Jokowi yang mulai kritis terhadap Prabowo, tapi bukan dengan cara mengotori tangan anaknya, Kaesang.
Lihatlah, belum apa-apa, Ahmad Ali sudah meminta seluruh kader PSI pasang badan terhadap serangan yang menyasar ke keluarga Jokowi, khususnya soal dugaan ijazah palsu, termasuk kepada Gibran.

Dan tak hanya berhenti sampai di situ, Ahmad Ali juga mengarahkan ke Presiden Prabowo agar segera menyelesaikan kasus dugaan ijazah palsu ini. Entah apa maksud Ahmad Ali menyasar Presiden Prabowo menyelesaikan kasus dugaan ijazah palsu Jokowi dan Gibran ini?
Apakah Ahmad Ali ingin Presiden melakukan intervensi membungkam suara-suara kritis terhadap Jokowi, hingga memakai penegak hukum seperti gaya politik hukum Jokowi dulunya? Entahlah. Ahmad Ali jadi wajah baru politik Jokowi.
Seruan Ahmad Ali kepada Presiden Prabowo agar menyelesaikan kasus dugaan ijazah palsu Jokowi dan Gibran, bisa juga semacam tuduhan bahwa karena dibiarkan Presiden Prabowo, maka kasus ini jadi berlarut-larut.
Padahal, kasus ijazah ini Jokowi sendiri yang menyeret ke proses hukum, karena tak mau membukanya secara cuma-cuma. Mungkin Gibran juga begitu. Maka kalau dugaan ini benar, apa jangan-jangan “orang besar” dibalik kasus ijazah itu, yang berkali-kali disuarakan oleh Jokowi, yang dimaksud juga termasuk Presiden Prabowo sendiri?
Ahmad Ali bisa jadi dipakai untuk mendinamiskan dan memperjelas politik PSI dan Jokowi ke depan.
Ahmad Ali tidak saja kontroversial secara politik, tapi juga secara hukum. Rumahnya pernah digeledah KPK Februari lalu, terkait kasus TPPU Rita Widyasari, mantan Bupati Kutai Kartanegara. Dari rumah Ahmad Ali disita uang sebanyak 3,4 miliar.
Tapi sampai saat ini tak terdengar lagi kelanjutan dari penggeledahan itu, hingga Ahmad Ali ditunjuk sebagai Ketua Harian PSI. Bisa jadi orang semakin memaklumi sepak terjang KPK belakangan ini.
Tapi PSI sebagai partai yang sejak awal berkoar-koar tentang antikorupsi, dengan penunjukan Ahmad Ali sebagai Ketua Harian PSI ini, sebetulnya sudah ternodai. Mungkin isu antikorupsi pun dianggap sudah tak laku untuk mendatangkan suara bagi PSI.
Tak terpilih lagi sebagai anggota DPR RI di Pemilu 2024 lalu, padahal seorang petahana, dan kalah pula saat maju Pilgub Sulawesi Tengah didukung oleh KIM Plus, Ahmad Ali tak terlalu bertangan dingin. Agak panas juga tangannya. Tapi kalau dipadukan dengan tangan dinginnya Jokowi, siapa tahu ia bisa melesat jauh.
Saat di NasDem, termasuk saat menjadi Tim Pemenangan Anies-Muhaimin, Ahmad Ali terkenal dengan pernyataan-pernyataannya yang tajam dan sering keluar dari pakem suara partai. Ia cepat dan tembak langsung ke sasaran, seperti yang terlihat di hari pertama ia menjadi Ketua Harian PSI, yang langsung menyenggol Presiden Prabowo.
Di tangan Ahmad Ali, PSI pastilah akan berbeda dengan PSI sebelumnya. Pidato pertamanya menunjukan itu.







Komentar