Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), emiten teknologi yang dikendalikan oleh Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto, justru mengalami tekanan hebat di pasar modal meski baru saja mencatat kemenangan besar dalam lelang frekuensi strategis.
Lewat anak usahanya PT Telemedia Komunikasi Pratama, WIFI resmi menang lelang pita frekuensi 1,4 GHz Regional I yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Perusahaan ini mengajukan penawaran tertinggi senilai Rp403,76 miliar, mengungguli dua pesaing raksasa yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan Rp399,76 miliar dan Eka Mas Republik sebesar Rp331,78 miliar.

Kemenangan ini membuat WIFI berhak memanfaatkan frekuensi tersebut selama 10 tahun ke depan untuk menyediakan layanan akses internet broadband yang mencakup wilayah Jawa, Papua, dan Maluku. Pita 1,4 GHz sendiri dikenal memiliki karakteristik sinyal yang stabil dan efisien untuk jaringan data berkecepatan tinggi, menjadikannya aset strategis dalam pengembangan ekosistem digital nasional.
Namun, pasar saham justru bereaksi negatif. Pada perdagangan Selasa (15/10), saham WIFI anjlok 12,23% dan ditutup di zona merah. Data perdagangan menunjukkan adanya aksi jual (sell on news) yang kuat dari investor asing, menandakan sebagian pelaku pasar lebih memilih merealisasikan keuntungan jangka pendek ketimbang menahan posisi setelah kabar kemenangan diumumkan.
Beberapa analis menilai, penurunan saham ini lebih disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap beban investasi besar yang harus ditanggung perusahaan pasca kemenangan tender. Penggunaan frekuensi 1,4 GHz menuntut pembangunan infrastruktur tambahan dan belanja modal signifikan, yang bisa menekan kinerja keuangan jangka pendek emiten.
Sebagai informasi, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) merupakan bagian dari Tidar Heritage Group, konglomerasi yang dikendalikan oleh Hashim Djojohadikusumo dengan portofolio bisnis di sektor energi, infrastruktur, dan teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, WIFI aktif mengembangkan layanan internet of things (IoT) dan smart city melalui kerja sama dengan pemerintah daerah serta penyedia jaringan lokal.
Meski sempat melemah, sejumlah analis pasar modal tetap melihat peluang jangka panjang dari akuisisi frekuensi ini. βFrekuensi 1,4 GHz adalah aset langka. Jika dikelola dengan efisien, potensi monetisasinya bisa sangat besar di era digitalisasi nasional,β kata seorang analis telekomunikasi dari Riset Bahana Sekuritas, Rabu (16/10).







Komentar