Adat khataman Sahih Bukhari untuk tolak bala dan solusi masalah di Suriah

Ketika perang terjadi antara Mesir dengan Ethiopia pada masa Khedive Ismail (Gubernur Mesir), pada tahun 1865, saat itu Ethiopia dipimpin oleh Kaisar Yohanes IV. Perang terjadi karena perebutan kekuasaan atas Sungai Nil dan Laut Merah…dan sekarang terulang lagi, gegara pembangunan bendungan raksasa oleh Ethiopia.

Perang yang terus berlangsung merugikan Mesir, pada setiap pertempuran Mesir mengalami kekalahan, disebabkan oleh konflik internal yang terjadi antara para petinggi militer Mesir sendiri.

Suatu hari, Khedive Ismail berjalan bersama Mohamed Sharif Pasha, seorang politisi Mesir yang aslinya Turki. Ismail curhat, “Kalau sedang susah dan dongkol seperti ini, anda biasanya ngapain?”

Mohamed Sharif Pasha menjawab, “Ismail Afandi, kalau saya sedang susah dan merasa terjepit oleh masalah, biasanya saya memanggil ulama yang saleh dan bersih dan memintanya membacakan Sahih Bukhari, biasanya setelah itu saya tenang dan mendapat solusi”.

Khedive Ismail memanggil Sheikh Azhar, yang saat itu dijabat oleh sheikh Musthafa Muhammad Arusy dan meminta agar beliau mengumpulkan Ulama dan orang-orang shaleh kemudian membaca kitab Shahih Bukhary di masjid Azhar.

Setelah hal itu dilakukan, kekalahan masih terus memihak pada pasukan Mesir. Khedive Ismail pun kembali mendatangi Ulama tersebut dan mengatakan, “Mungkin yang kalian baca bukan Shahih Bukhari, ataupun kalian bukan Ulama seperti salaf shalih yang bisa menolak bala!”.

Para Ulama diam, tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba seorang Sheikh dari ujung belakang berdiri dan mengatakan, “Wahai Ismail! Kami meriwayatkan hadis dari Rasulullah bahwa beliau bersabda….

“….Kalian harus selalu melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, kalau tidak maka Allah akan menjadikan pemimpin kalian orang-orang jahat diantara kalian, sehingga apabila orang-orang baik berdoa Allah tidak akan mengabulkan permintaannya…”

Khedive Ismail diam, dan semua hadirin saling memandang. Khedive Ismail pun pergi meninggalkan ulama-ulama itu. Para hadirinpun mulai menyalahkan sheikh yang berkomentar tadi.

Tiba-tiba, Sharif Pasha kembali dan mengatakan, “Dimana sheikh yang berbicara tadi?”

“Saya”. Sheikh itu menjawab sambil berdiri. Pengawal Sharif Pasha pun membawa sheikh tadi. Para ulama yang hadir yang tadi mencibir sheikh itu, kini mulai mengucapkan selamat jalan kepada sheikh itu, mereka berpikir bahwa sheikh itu tidak akan kembali lagi selamanya.

Sheikhpun berjalan bersama Sharif Pasha menuju Istana Khedive Ismail, sampai disana, Khedive Ismail telah menunggu sheikh di ruang pertemuan. Sheikh diminta duduk di kursi disamping Khedive Ismail.

“Ulangi wahai ustaz apa yang anda katakan tadi di masjid Azhar,” kata Khedive Ismail.

Sheikh itupun mengulangi apa yang dikatakannya, beliau mengulangi hadis dan menjelaskannya panjang lebar.

“Wahai Ismail, bukankah mahkamah kamu telah membuat undang-undang yang menghalalkan riba? Bukankah prostitusi mendapat ijin resmi? Bukankah minuman keras dijual bebas? Bukankah…bukankah…kalau kemungkaran seperti itu terjadi di depan matamu dan kamu membiarkan saja, bagaimana kamu berharap langit akan memberi kemenangan pada pasukanmu!” kata sheikh.

“Apa yang harus saya lakukan, Negara kita sudah bercampur dengan Barat dan itu adalah kebiasaan mereka?”.

“Kalau demikian, apa salah Imam Bukhary? Apa salah Ulama? Kalau Allah tidak mengabulkan doa….”.

Khedive Ismail terdiam, berpikir, dan mengatakan…”Anda benar sheikh…”. Sheikh itupun diantar kembali ke masjid Azhar.

Mengomentari adat khataman Sahih Bukhari untuk tolak bala dan solusi masalah, sheikhuna Dr. Umar Nasyawqati dalam bukunya “Juhud Ulama Dimasq fi Riwayatil Hadis fil Ashril Usmani” mengatakan bahwa memang pada masa Ottoman, di Damascus sendiri sudah menjadi Adat dan kebiasaan masyarakat untuk melakukan khataman Sahih Bukhari apabila sedang ada musibah atau bala atau wabah.

Dalam buku itu beliau menukil beberapa contoh kasus yang terjadi di Damascus selama beberapa ratus tahun yang lalu.

Kemarin Sabtu (13/9/2025), masjid Umawi kembali menyaksikan khataman Sahih Bukhary yang dibaca oleh para Ulama Musnidin dari Yaman, Pakistan, India, Lebanon dan tentunya Suriah selama 2 minggu terakhir. Khataman dihadiri oleh ribuan orang, mulai dari pelajar, warga biasa, para menteri dan pejabat, bahkan tentara.

Entah apa tujuan pembacaan Sahih Bukhari, apakah untuk menghidupkan kembali Sunnah Nabi, atau untuk turunnya rahmat dan kemenangan…yang pasti ada saja yang mengomentari, “Gaza dibumi-hanguskan, kita di Suriah malah sibuk membaca Sahih Bukhari….”

Imam Sufyan Ben Uyainah mengatakan, “Menyebut nama orang saleh akan menurunkan Rahmat Allah”, ketika khatam Sahih Bukhari sudah berapa ratus kali nama orang-orang saleh disebut, dan yang paling banyak disebut adalah Rasulullah, penghulunya segala orang saleh..

(Saief Alemdar)

Komentar