Halo semua. Bahagia dan sehat selalu setelah libur hari raya.
Main apa kita?
Saya baca liputan Majalah Tempo (7 April 2025) berjudul "Pengusaha dan Politikus Pengendali Jxxi Online di Kamboja" yang teasernya: "... Nama Sufmi Dasco Ahmad mencuat."
Saya cek apa dasar Tempo menulis begitu. Ternyata, mengutip laporan tahunan PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) tahun 2022 yang mencantumkan Dasco sebagai Komisaris Utama per 14 November 2022.
Tertulis: "Beliau memiliki pengalaman bisnis di berbagai negara, di antaranya di Vertex Eximus PTE. LTD, Singapura; Golden Oasis Entertainment LTD, Kamboja; Golden Oasis Real Estate, Kamboja; dan IGD Tex LLC di Wyoming, Amerika Serikat."
Berdasarkan investigasi Tempo, Golden Oasis diduga terhubung dengan bisnis kasxno dan jxxi online di Kamboja.
Saya sendiri sudah lama dengar rumor itu—setidaknya sejak dokumen konsorsium 303 beredar saat ramai kasus Sambo.
Tapi profil Dasco di laporan tahunan MSIN itu 'unik'!
Kok bisa, seorang yang ketika itu menjabat sebagai Wakil Ketua DPR, Ketua Harian DPP Partai Gerindra, pernah menjadi Wakil Ketua Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR 2014–2019; seorang bergelar doktor hukum dan rektor Universitas Kebangsaan Republik Indonesia, mencantumkan perusahaan-perusahaan itu sebagai portofolio bisnisnya—di laporan tahunan perusahaan publik pula?
Bukankah itu justru mempermalukan sekaligus membahayakan dirinya sendiri? Ini orang memang sengaja untuk legitimasi reputasi, atau memang sesungguhnya tidak paham karakter kendaraan offshore-like yang discreet? Jangan-jangan cuma sebagai kosmetik portofolio untuk bursa saja, biar kelihatan bagus?
Orang biasanya bikin LLC di Wyoming untuk sembunyi. Sebab: tidak wajib melaporkan pemilik manfaat (beneficial owner), tidak ada pajak negara, bisa pakai nominee member/manager, tidak perlu kantor fisik, bisa di-setting single-member LLC yang orang non-US pun bisa. Penggunaannya luas untuk perusahaan cangkang, asset protection, hingga struktur trust. Tidak mudah dilacak. Dan satu-satunya yang bisa dilihat adalah registered agent-nya—itu pun cuma nama depannya yang didaftarkan, bukan pemilik sebenarnya.
Bikin LLC kayak gitu tidak butuh gelar doktor hukum dan jabatan rektor. Bisa online juga. Saya bikin LLC di Wyoming secara daring dari salah satu agen, paket standar US$104 (Rp1,6 juta, kurs Rp16 ribu). Biaya tahunan cuma US$60 (Rp960 ribu).
Jika saya lanjut dengan bikin PTE LTD ala Singapura, maka saya bakal langsung kelihatan resmi dan bonafide, sehingga cocok untuk pitching, investor, banking—Vertex Eximus-nya bapak itu saja baru dibikin 2020. (Jika Anda terlihat sukses dan bonafide, maka Anda akan unggul dalam setiap perhelatan reuni sekolah, bukan?)
Kemudian: duit dari Kamboja masuk ke PTE LTD Singapura, lalu sebagian besar profit ditransfer ke Wyoming LLC sebagai pemegang saham pengendalinya. Lantas bisa diparkir di rekening offshore, ubah jadi crypto, investasi ke entitas lain (tech, real estate, hedge fund, dll)…
Begitulah makna kalimat "...memiliki pengalaman bisnis di berbagai negara..."
Jika generasi muda Indonesia mau ‘sukses’ seperti itu, caranya bukan dengan sekolah bisnis tinggi-tinggi atau merintis dari bawah, tapi masuk parpol dan rajin bagi-bagi sembako/bansos supaya menang pemilu.
Salam,
(Agustinus Edy Kristianto)