SANG GUBERNUR FENOMENAL:
Refleksi Memahami Sosok Dedi Mulyadi
Oleh: Moeflich H. Hart
(Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Sejak 20 Februari 2025, Jawa Barat memiliki gubernur barunya asal Purwakarta yang fenomenal, Dedi Mulyadi (KDM) untuk periode 2025-2030. Sosoknya unik, eksentrik, tak dibuat-buat, cerdas, tegas, lugas, pemberani, tak birokratis, tak formalistis dan dekat dengan orang-orang kecil. Dedi lahir dari masyarakat bawah, orang biasa dan pernah merasakan penderitaan untuk bisa sekolah, kuliah dan bertahan hidup. Kebiasaannya spontan menolong orang-orang kecil adalah buah dari penderitaan hidupnya yang dihayatinya dan membentuk karakternya. Dan spontan menolong orang itu tak berubah sejak dulu hingga sudah jadi gubernur. Ia pun bicara apa adanya, blak²an, spontan tak diatur, berkharisma kalau sudah marah, tapi juga berhati lembut, intelektual secara konseptual, melakukan defeodalisasi citra pejabat, tak terpengaruh oleh jabatan prestisiusnya sebagai gubernur.
Keberanian dan ketegasannya sudah terasa baru sebulan dilantik. Dia selalu banyak ide dan sudah membuat beberapa gebrakan: Melarang study tour sekolah yang membebani para orang tua, membebaskan hutang pajak kendaraan masyarakat 2024 ke belakang, tak pakai mobil dinas, memudahkan ribetitas BBN kendaraan yang menyulitkan masyarkat membayar pajak, menghentikan proyek² yang merusak lingkungan alam, akan membubarkan ormas-ormas preman, pemalak dan penggangu ketertiban seperti Pemuda Pancasila, mengangkat para penasehat ahli tanpa bayaran seperti mantan Menteri Kelautan asal Pangandaran Susi Pudjiastuti, Mardigu Wowiek dll, ini sebuah langkah visioner KDM. Rencananya tahun 2030 semua kebel² listrik kota² di Jawa Barat harus pindah ke bawah tanah, tak boleh lagi ada di atas yang mengotori keindahan kota.
Keakrabannya dengan rakyat kecil dan tak berjarak membuatnya sangat disukai dan banyak menuai pujian, video-videonya yang banyak menolong orang-orang kecil dari sakunya sendiri banyak membuat orang trenyuh dan méwék terharu, dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya, pemimpin yang diharapkan, ratu adil bagi masyarakat, dianggap sosok tokoh Sunda titisan Prabu Siliwangi. Para penggemarnya menyebutnya "Bapa Aing," di pundaknya diharapkan menjadi momen kejayaan kembali politik Sunda. Dan satu hal yang tak ada pada diri KDM: Membuat pencitraan dengan mematut-matutkan diri sebagai pejabat tinggi. Dalam kamus hidup seorang Dedi, pencitraan itu tak ada dalam benak dan pikirannya!
Kesadaran dan kebiasaannya tak berjarak dengan rakyat kecil, ngobrolnya pun bahasa kasar rakyat Sunda: Sia, maneh, aing, goblog dll. Jelas, tak pernah ada gubernur seterbuka, segamblang dan semerakyat ini. Dan itu semua tak membuatnya jadi negatif karena kemerakyatan dan kebiasaannya menolong orang kecil lebih menonjol ketimbang kekasaran bahasanya. Sekarang ini, siapa saja yang bersuara miring tentang KDM, pasti akan dihujat rakyat banyak. Gubernur Dedi benar-benar sudah berkenan di hati rakyat Jawa Barat, sosoknya dicintai bahkan secara nasional.
Tak sedikit yang sudah menyebut-nyebut KDM untuk calon Presiden 2029, sekarang banyak sebutan "gubernur rasa presiden." Semua itu karena keputusan²nya, keberaniannya, ketegasannya, tindakan cepatnya membereskan masalah termasuk keseharian KDM yang selalu menolong orang kecil dirasakan menggetarkan. Harus diakui, selama ini tak ada pejabat di Indonesia yang tipenya seperti gubernur Jabar ini. Banyak sekali masyarakat di luar Jawa Barat bangga dan iri orang Sunda memiliki Gubernur seperti KDM dan siap mendukungnya sebagai calon presiden 2029.
Dari ratusan video KDM tentang "engagement" (kebersatuan) dan "partisanship" (keterlibatan, keberpihakan) pada rakyat kecil, akrab bercanda, ngobrol tanpa jarak, selalu membantu, kebiasaan menyantuni, sering memberi, sejak saat masih anggota DPR, jadi bupati, dan setelah jadi Gubernur, seperti ribuan orang lain yang menangis nonton video²nya, saya pun banyak tersentuh dan mata sering basah.
Peka pada rakyat kecil dan menyantuni orang-orang miskin memang menggetarkan hati, mengoyak-ngoyak jiwa. Semua orang ingin melakukannya tapi tak semua orang bisa dan mampu melakukannya. Karakter KDM yang sudah biasa begitu, sekarang ditambah posisinya sebagai gubernur, makin menguatkan keberpihakannya pada rakyat kecil melalui kekuasaannya.
Selama menonton dan menyimak banyak sekali video-vidoenya, saya sering berpikir, merenung, siapakah Dedi Mulyadi? Dia tipe manusia apa? Saya menemukan jawaban tentang sosoknya dalam tiga hal: Jenis kepribadian, kepemimpinannya, tentang kontroversi Sunda Wiwitan dan jenis keberagamaannya. Tulisan ini mdh2an membantu mereka yang ingin memahami sosok KDM, sang gubernur yang fenomenal itu.
Jenis Kepribadian
Dilihat dari karakternya, Dedi adalah tipe manusia impulsif-positif, yaitu kecenderungan untuk bertindak spontan sesuai keinginan hatinya, tak terlalu memikirkan akibat tindakannya ke depan. Kalau hati yang menggerakkannya, tak akan peduli pada konsekuensinya, dia akan menghadapinya. Tipe impulsif positif mudah tersentuh, empatinya kuat, selalu ingin membantu. Dan itu lama sekali sudah menjadi pembawaan KDM sejak terjun ke politik. "Mun sia nyebut aing ngalakukan pencitraan, kumaha sikap aing ti baheula?" Tanya Dedi dalam sebuah dialog dengan wayang. "Anger!" kata wayang. "Heueuh, aing mah kieu ti baheula oge."
Tipe impulsif positif dan pengalaman hidupnya yang biasa bergaul dengan orang-orang kecil, telah memuaskan jiwa seorang Dedi. Dia terbiasa empati dan menolong orang tanpa urusannya dengan status dan jabatannya. Menjabat atau tidak, sebagai politisi atau bukan, sebagai tokoh atau bukan, karakter impulsif positif akan selalu melakukannya karena itu sudah pembawaannya. Tuduhan² bahwa Dedi melakukan pencitraan, termasuk dari ahli tatanegara Fery Amsari, yang habis dirujak netizen, semuanya gak kena, keliru, tuduhan karena tak paham karakternya.
Dedi Mulyadi adalah tipe manusia yang hidup dengan hatinya, intuisinya tajam dan itu menjadi penuntunnya. Melakukan sesuatu dgn segenap jiwanya. Andalannya adalah kepekaan dirinya dan ia merasa selalu ada yang menuntunnya. Daya refleksi dan spiritualitasnya kuat. Karena intuisinya adalah andalannya, dia tak terlalu mengandalkan rencana dan pikirannya, bicaranya tak suka pakai konsep, tak suka pakai teks dan tak butuh persiapan, bahkan dalam pidato acara-acara resmi pun dia tergantung hatinya saja, pikirannya akan mengalir sendiri. Tipe karakter begini, pembawaannya akan selalu menarik, semangat, bicaranya lancar, refleksinya tajam, tak jenuh dan membosankan, mendengarkannya tak akan membuat ngantuk, dan akan selalu ada ide-ide baru karena yang menuntunnya adalah intuisinya bukan pikirannya.
Orang yang daya refleksinya kuat, berpikirnya pun akan substantif. Tipe substantif tak suka dengan formalitas, rutinitas, aturanitas dan tas tas lainnya. Hati dan intuisinyalah yang menggerakkan dalam bertindak bukan aturan dan formalitas, walau tentu saja bukan berarti mengabaikannya. Makanya, KDM tak suka dengan upacara, rutinitas yang penuh formalitas itu. Formalitas memang dekat dengan kemunafikan karena banyak dibuat-buat, pura-pura, tak asli.
Dia pun satu²nya Gubernur, beda jauh dengan yang lain, yang tak suka ngantor. Mengapa? Dia menggunakan konsep modern tentang kerja di era intenet dan digital yang tak harus rutin ngantor. Dan bagi tipe ini, duduk di kantor yang penuh aturan, prosesi dan formalitas itu akan menyiksa jiwanya, tak sesuai dengan passion dan hatinya. Dedi bukan tipe orang kantoran tapi manusia lapangan. Ngantor bila perlu saja, misalnya rapat penting menyangkut keputusan politik anggaran, rencana pembangunan atau membahas kebijakan masyarakat dan rakyat. Baginya memimpin itu turun ke bawah, bergerak kemana saja, menyatu dengan masyarakat.
Umumnya, orang begini dekat dengan alam, peka pada lingkungan, mampu menangkap pesan-pesan alam. Dedi akan marah dan bisa menangis bila alam dirusak, rintihan alam seolah didengarnya. Dia marah melihat daerah konservasi lingkungan dan resapan air dilanggar jadi lahan bisnis yang merusak alam yang menyebabkan longsor dan banjir seperti terjadi di Bekasi, Bogor dan proyek Eiger Camp di kaki gunung Burangrang, Tangkubanparahu Bandung Utara yang dijadikan tempat wisata oleh seorang pengusaha yang diresmikan oleh Ridwan Kamil. Dedi pun tegas menghentikannya, mengembalikan ke fungsi semula sebagai kawasan konservasi dan daerah resapan air untuk mencegah banjir dan longsor. Ia merasa memikul tanggungjawab yang diamanatkan alam kepadanya.
Sunda Wiwitan
Sebagai putra Purwakarta yang mendalami ajaran-ajaran leluhur Sunda, penghayatan kesundaan Dedi sangat kuat walaupun ia mantan ketua HMI Cabang Purwakarta. Ajaran tentang lingkungan dan identitas kesundaan yang sudah luntur, baginya adalah PR besar untuk menghidupkannya kembali karena nilai-nilai Sunda baginya adalah ajaran luhur tentang harmonitas dengan alam dan lingkungan yang harus dijaganya.
Kontroversinya tentang Sunda Wiwitan, Dedi sudah menegaskannya. Sunda wiwitan itu bukan agama tapi warisan leluhur Sunda tentang ajaran keselarasan dengan alam dan lingkungan yang sejalan dengan ajaran Islam. Islam dan Sunda menurutnya ibarat "mata jeung awasna." Karena penghayatan kesundaannya kuat, makanya Dedi ingin mengembalikan ajaran Sunda dalam konteks kekinian. Dalam beberapa momen acara yang menghubungkan amanat kepemimpinannya dengan amanat kesundaan, dia seolah merasakan leluhur Sunda hadir dan "eunteup" kepadanya, menjadi sima dan kharisma pidatonya yang mengundang misteri mistikal KDM. Para pendukungnya pun menganggapnya titisan Prabu Siliwangi.
Dilema Kesundaan dan Keislaman KDM
Hanya anggapan sebagai titisan Prabu Siliwangi, itu tak ada masalah, boleh-boleh saja. Akan menjadi masalah dan dilema KDM di mata masyarakat Muslim taat adalah ketika ia mempraktekkan misalnya ritual "nyambat" para Karuhun Sunda atau Prabu Siliwangi.
Dari penjelasan²nya tentang keyakinan agamanya, tampaknya tak ada ruang meragukan keislaman dan ketauhidannya. Pidato sambutan Idul Fitri 1446 H di Lapangan Gasibu kemarin itu sangat inspiratif, menunjukkan komitmen kemusliman dan pemahaman keislamannya yang mendalam dengan penjelasannya yang reflektif dan aplikabel. Yang mengganggunya adalah penghayatan Dedi pada ajaran Sunda Wiwitan yang pernah ia pertontonkan di atas panggung. Bila penghayatan kesundaannya yang mendalam itu tak ditampakkan ke publik, cukup dalam hatinya saja, tentu tak akan jadi masalah, tapi ketika itu ditampilkan bahkan dengan "ritualnya," tak terhindarkan, itu menjadi pertanyaan kalangan masyarakat Muslim Sunda taat dan menimbulkan mispersepsi.
Akhirnya, ia pun tak lepas dari tuduhan "musyrik" karena keterikatan kuat batinya dengan para Karuhun Sunda itu. Apalagi ditunjukkan dengan memasang lukisan besar Nyi Roro Kidul di rumah atau di ruang kerjanya atau simbol-simbol mistik Sunda lama seperti patung-patung yang pernah dibuatnya di Purwakarta. Yang faktanya, ageman kasundaan itu kini sesungguhnya sudah disempurnakan oleh ageman keislaman. "Islam teh Sunda, Sunda teh Islam." Tentu saja KDM punya argumen dan argumentasinya itulah yang tak bisa kita menginginkan keislaman Dedi sama seperti keislaman kita. Dia punya penghayatannya sendiri tentang nilai-nilai Sunda lama.
Selama ini, KDM meresponnya dengan santai saja. Dedi telah menjawab semua anggapan dan tuduhan kemusyrikan itu sebagai ketakpahaman saja atas pemahaman kesundaan dirinya. Dedi memang cerdas dan kritis, penghayatannya atas keislaman dan kesundaan pun mendalam. Mengapa? Kembali ke yang tadi, seorang yang refleksi dan intuisinya kuat, penghayatan atas kehidupan pasti mendalam, akan melampaui batas-batas keberagamaan formal. Dan karena KDM adalah seorang pemimpin, kini ia adalah gubernur, problem ini akan tetap muncul walaupun mungkin tak akan terlalu mengganggunya karena simpati rakyat telah direbutnya dengan kerja nyatanya dan pembelaannya pada rakyat kecil yang luar biasa yang tak mampu dilakukan para pejabat dan pemimpin lain di negeri ini.
Mudah-mudahan, masalah ini ke depannya akan semakin tertutupi dengan pembelaannya terus pada rakyat kecil, masyarakat bawah, orang-orang miskin dan dhu'afa yang selama ini telah menjadi jiwa KDM yang disukai dan didukung masyarakat bukan hanya di Jawa Barat bahkan se-Indonesia sebagai pemimpin ratu adil yang muncul dari tatar Sunda. Penghayaatan kesundaan Dedi semoga tak mengganggu kerja kepemimpinan ke depan, apalagi ia diharapkan kelak menjadi presiden.
Calon Presiden 2029?
Melihat sosok KDM yang dicintai secara luar biasa karena mendobrak tradisi kepejabatan dan kepemimpinan selama ini yang ribet dengan birokrasi, penuh dengan formalisme, feodalisme, kemunafikan, juga banyak maling-maling, para bangsat dan koruptor yang sama sekali tak punya kepedulian pada rakyat jelata seperti ditampilkan KDM, memang bukan tak mungkin ia akan jadi presiden 2029. Dedi membuat terobosan² bahwa pemimpin itu harus menyatu dengan rakyat, tak berjarak dan tegas membela mereka. Ada beberapa ulama yang sudah memprediksi bahwa kelak akan muncul presiden RI dari tanah Sunda.
Semoga KDM tetap sehat, tetap tegak lurus, tetap kuat dalam backingan Gusti Allah SWT dan terus menginspirasi publik bagaimana menjadi pejabat nu bener di Indonesia, merakyat, tegas, jujur dan berani melawan kejahatan, kemungkaran, kesewenang²an, ketidakberesan, kesemrawutan dan terutama kejahatan korupsi yang telah menjadi budaya akut, yang telah merusak negara dan masyarakat Indonesia yang seharusnya sudah makmur dan sejahtera ini!!! Tebee KDM 👍✊
(fb)