Saat ini Umat Islam hanya 3 kaum yang masih punya daya juang yang besar

Kata Baginda Nabī ﷺ‎, kaum Muslimīn akhir zaman itu dikerubuti oleh kaum Kuffār layaknya hewan buas lapar mengerubuti makanan di atas piring.

Kata Baginda Nabī ﷺ‎, kaum Muslimīn akhir zaman itu banyak, tapi layaknya "buih" yang terbawa arus banjir. Banyak jumlahnya tak berarti apa-apa.

Karena…

Rasa takut terhadap kaum Muslimīn sudah dicabut dari hati kaum Kuffār.

Sedangkan di hati kaum Muslimīn malah ditanamkan rasa cinta keduniawian dan takut mati.

Saat ini hanya 3 kaum yang masih punya daya juang yang besar, yaitu:

(1). Pejuang di Gaza
(2). Pejuang di Suriyah
(3). Taliban di Afghanistan.

Sedangkan selebihnya takut mati dan cinta keduniawiannya yang mendominasi.

Lihat saja si Ben Salmān yang malah sibuk dengan pesta-pestanya di Riyaḍ?

Atau As-Sisi yang entah sibuk apa. Padahal keduanya meminpin negeri yang punya peralatan perang canggih berjumlah banyak.
Apalagi Raja Yordania Àbdullōh II, menjilbabkan perempuan di keluarganya saja tak mampu, padahal mengaku Banī Hāṡim alias Aḥlul-Bait Nabī.

Tak usah harapkan negara-negara Àrab kecil lainnya, mereka cuma sibuk dengan menggali minyak & gas lalu bikin bangunan-bangunan tinggi… padahal 100 tahun lalu mereka cuma orang-orang nomaden yang hidup dengan susu dan qurma.

Kita…?

Ah, mendengar kata "jihād" saja mayoritas allergy (karena bertahun-tahun dicekoki tentang bahaya ekstrimitas beragama). Apalagi 10 tahun terakhir, dicekoki "apartheid" berkedok toleransi, sehingga lahirlah manusia-manusia yang menderita minderwaardigheids complex terhadap agamanya sendiri.

Apa yang mau diharap…?

Padahal Baginda Nabī ﷺ‎ menyebutkan bahwa jihād itu adalah puncak atau "atap" dari bangunan yang bernama agama. Iya memang ṣolāt adalah tiangnya, tapi kalau bangunan itu tak ada atap? Hujan kehujanan, panas kepanasan.

Terus kita masih berharap kita ditolong sama Allōh ﷻ‎, padahal kita menolong agama Allōh saja merasa berat atau malas.

Padahal kausalitasnya jelas, yaitu: kita tolong dulu agama Allōh, baru kemudian inṡā’Allōh kita yang ditolong sama Allōh.

Sekarang kalau kita diam atas pembantaian si Ġazzah, bukan tak mungkin kaum Kuffār akan melanjutkannya dan akhirnya akan sampai ke kita. Jangan merasa "oh tak mungkin, jumlah kita besar di Nusantara ini", karena genosida pernah terjadi di Nusantara. Iya, bukankah Jan Pieterzoon Coen melakukannya terhadap rakyat pulau Banda?

Jadi, bertindaklah sebelum terlambat, tolong Muslimīn Ġazzah dengan apapun yang kita mampu.

Semoga Allōh ﷻ‎ memaafkan kita.

(Arsyad Syahrial) 
Baca juga :